Selasa, 25 Desember 2018

Tamasya Ke Raja Ampat & Berbagi di Kampung Selpele

Penulis dan Anak-Anak Selpele, Papua Barat yang Penuh Semangat. Sumber: Dok. Pribadi
Tamasya keliling Indonesia tak kalah menarik dengan melancong ke luar negeri. Selain menambah pengetahuan mengenai ragam budaya nusantara, aktivitas ini membuat kita semakin mencintai Indonesia.

Bagi saya pribadi, bepergian tidak hanya untuk menyenangkan diri dan melepas penat dari rutinitas pekerjaan. Namun, bepergian juga merupakan waktu untuk berbagi. Di bulan November 2018, saya beruntung mendapat kesempatan menjelajah Raja Ampat, Papua Barat bersama rekan-rekan.

Raja Ampat termasuk salah satu dari sepuluh destinasi wisata bahari terbaik di dunia (menurut divein.com) dengan pemandangan maritim spektakuler. Bangga sekali menjadi orang Indonesia yang punya destinasi wisata secantik ini!
Dive Site Map. Let's Explore! Sumber: Dok. Pribadi
Untuk mencapai wilayah Raja Ampat, saya menempuh penerbangan dari Jakarta ke Sorong, Papua Barat sekitar 6-7 jam dengan satu kali transit di Makasar, Sulawesi Selatan. Tip bila hendak ke sini, ambilah penerbangan malam agar mendarat esok pagi di Sorong dan bisa langsung menjelajah.

Sampai di Sorong saya lanjut menempuh perjalanan laut, bertolak dari pelabuhan perikanan menuju penginapan di Pulau Urai sekitar 2-3 jam naik speed boat. Pulau Urai terletak strategis di antara destinasi kepulauan Raja Ampat. Saya menginap di Doberai Private Island sebuah resort di pulau hutan lindung seluas 70 hektar.   

Sekilas tentang tempat menginap, Doberai berarti semenanjung menurut bahasa setempat. Berkonsep "full in privacy", keindahan Raja Ampat dinikmati dalam nuansa hening dan bersahabat dengan alam. Ada dua pilihan penginapan, yaitu Eco Resort menghadap pantai tanpa AC dan Deluxe Resort yang ber-AC.
Penulis di Dermaga Doberai Private Island, Pulau Urai. Sumber: Dok. Pribadi
Tempat ini turut menyediakan armada speed boat bagi pengunjung. Bila suka menyelam (diving), Doberai memiliki dive center dilengkapi empat kompresor Bauer dan 12 set perlengkapan menyelam yang dapat disewa.  Tersedia pula kano untuk olah raga air di sekitar pulau.
Penulis Di Pantai Pulau Urai. Sumber: Dok. Pribadi



Siang hari saat tiba di pulau Urai, saya langsung bersantai dan menikmati pemandangan laut di area penginapan yang memesona. Air lautnya jernih biru kehijauan hingga dapat melihat ikan, bintang laut, dan karang dari dermaga. Bermain kano di laut sangat disarankan selain berenang dan menyelam. Luar biasa sensasinya, tak terlupakan!
Penulis (Topi Orange) Bermain Kano di Laut. Sumber: Dok. Pribadi
Menjelang sore, saya berlayar ke Teluk Kabui yang teletak di antara pulau Waigeo dan pulau Gam yang jaraknya tak sampai satu jam dari resort. Pemandangan di Teluk Kabui berupa tebing-tebing karst menjulang dengan hamparan laut biru kehijauan seperti di film Avatar. Sangat indah meski langit sedikit kelabu.

Penduduk setempat turut menyebut tebing sebagai batu. Ada dua batu ikonik di Teluk Kabui. Batu Wajah yang bentuknya menyerupai siluet wajah manusia dengan tumbuhan di puncak tebing seperti rambut dan lekukan sisi batuan menyerupai hidung. Batu Pensil karena tinggi menjulang berujung runcing seperti pensil. Anda dapat singgah berfoto di Batu Pensil sebab dilengkapi dermaga.

Bertamasya di kepulauan Raja Ampat harus memakai speed boat sebab minim jalan darat. Mohon bijak mengatur waktu. Kemanapun Anda menjelajah, kembalilah ke penginapan sebelum matahari terbenam. Bila langit gelap maka nahkoda kapal akan sulit menemukan jalan pulang di antara tebing-tebing karst sebab belum ada fasilitas penerangan di area perairan.
Teluk Kabui, Raja Ampat difoto Dengan Drone. Sumber: Dok. Pribadi.
Batu Pensil, Teluk Kabui-Raja Ampat. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis dan Batu Wajah (Kiri Belakang), Teluk Kabui. Sumber: Dok. Pribadi 
Hari selanjutnya, saya melancong ke Pulau Wayag. Jaraknya 4 jam naik speed boat dari penginapan. Banyak kegiatan bisa dilakukan di sini, seperti: mendaki bukit batu, snorkeling, bermain dan memberi makan ikan hiu di pantai, dan mengunjungi kampung nelayan Selpele.

Pada artikel ini saya akan menceritakan kunjungan ke Kampung Selpele yang sangat berkesan.
"The Big Mama" dan Rumah Nelayan di Kampung Selpele, Wayag-Raja Ampat. Sumber: Dok. Pribadi
Selpele adalah kampung nelayan di sebelah barat Pulau Waigeo, laut Halmahera. Desa kecil ini hanya 200 meter panjangnya membingkai pantai. Penduduknya berasal dari golongan suku Kawe dengan mata pencaharian nelayan dan buruh peternakan mutiara. Sebagian dari warga juga berternak lobster.

Kondisi desa sangat sederhana dan menurut saya butuh uluran tangan banyak pihak. Letaknya yang jauh dari kota membuat ketersediaan bahan infrastruktur dasar, alat trasportasi, dan dukungan pendidikan masih minim untuk warga serta anak-anak. Signal telekomunikasi pun nyaris tidak ada.

Dari Jakarta saya dan rekan-rekan berencana berbagi kasih dengan warga di kampung ini. Mengetahui banyak anak SD yang membutuhkan material edukasi, saya tertarik membantu dengan membagikan buku pelajaran, buku bahasa Inggris, dan beragam alat tulis yang dibawa dari ibukota. Yang jelas, di pulau ini tidak ada toko buku. Semoga bermanfaat mencerdaskan saudara-saudari kecilku.
Indahnya Berbagi dengan Anak-Anak Selpele. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis BersamaAnak-Anak Selpele dan Hasil Kerajin Tangan. Sumber: Dok. Pribadi
Anak-anak Selpele juga terampil membuat kerajinan perhiasan seperti gelang dan kalung berbahan kerang. Berbagai keterbatasan infrastruktur di kampung ini ternyata tidak membuat semangat berkreasi mereka surut. Luar biasa optimisnya sehingga tawa ceriapun selalu menghias wajah anak-anak.

Oiya, jangan lupa membeli lobster dari nelayan Selpele. Tersedia beragam ukuran lobster yang dapat dipilih sesuai selera. Penduduk menjualnya sekitar Rp 350.00,00/Kg. Selain membantu penghasilan warga, lobster yang dijual sangat segar sehingga saat dimasak rasa dagingnya legit dan nikmat.

Akhirnya, sampailah pada waktunya pulang. Jarak tempuh yang jauh dari kampung ini ke penginapan membuat saya dan rekan-rekan harus kembali saat siang. Penduduk dan anak-anak mengantar kami hingga ke dermaga berikut lobster-lobster yang dibeli.

Semoga kampung Selpele semakin mendapat perhatian sehingga memiliki taraf hidup lebih maju. Indonesia terdiri dari 17,504 pulau dan masih banyak warga di pulau-pulau terpencil yang membutuhkan uluran tangan. Semangat warga kampung bisa menjadi contoh bagi warga kota. Mereka yang hidup terbatas dan tertinggal bisa tetap optimis serta penuh harapan dalam menjalani hari. Apalagi Anda warga kota, hendaknya bisa lebih bersyukur dan kerja produktif dengan berbagai fasilitas memadai.
Sunset Kemerahan di Timur Indonesia yang Fantastik! Sumber: Dok. Pribadi
Di perjalanan pulang, senang sekali saya mendapat kejutan. Pemandangan matahari terbenam di wilayah Indonesia timur sungguh memesona. Semburat sinar merahnya terlihat dibalik daratan perbukitan dan awan beralas laut berkilau seperti berlian. 

Bonus tak terlupakan dari Sang Pencipta alam semesta yang menghantarkan kami kembali ke penginapan. I shall return. I hope I can see you again!




Catatan:    
Artikel dengan foto-foto perjalanan penulis selengkapnya dapat dilihat pada blog Kompasiana: https://www.kompasiana.com/aytravel

Artikel ini merupakan Trilogy Travel Story penulis saat menjelajah Raja Ampat, Papua Barat. Jangan lupa baca artikel selanjutnya ya! =)

Suka dengan artikel ini? Silahkan bagikan ke teman yang suka jalan-jalan.

Ikuti Instagram penulis di: @ayuliqui


See You in My Next Blog Post. Thanks For Reading! xoxo

1 komentar:

  1. Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*E*W*A*P*K / pin bb D87604A1
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

    BalasHapus

Musical Time: Let's Learning!

Music has been part of my life since I was young, Everyday I wake up with music and also go to bed with music, Just like an a...