Selasa, 08 Desember 2009

TOPENG DUNIA MALAM

Ku hentakkan jari-jari tanpa henti
Ku rasakan ketukannya hingga menggoyangkan kaki
Satu, dua, tiga, la.. la.. la.. la..
Hingga tanpa sadar tubuhku telah berdansa

Ku berlari sejenak dari kenyataan
Tenggelam dalam alunan melodi penuh energi
Berdendang ceria dengan langkah kaki cekatan
Melepaskan semua beban dan gundah yang menjadi-jadi

Hahahaha... aku mendengar gelak tawa dari seberang
Nada tawa bahagia dari orang-orang penikmat hiburan
Tapi ada juga yang memalukan karena menjadi berang
Terlalu banyak minum dan mengira hidupnya pupus tanpa harapan!

Aku lanjut berdansa, penuh semangat
Merah, hijau, biru, ungu semburat warna yang menghiasi lantai dansa
Sinarnya terang seperti matahari yang hangat
Sampai tak sadar inikah malam atau pagi yang penuh asa

Aku melangkah ke depan, kiri, kanan dan ke belakang
Tak bosan mengikuti dentuman irama
Aku terbang dalam nada tanpa kekang
Sampai membuat semua orang iri dan ingin bisa

Tiba-tiba kakiku melambatkan langkah
Tanganku tak lagi melambai di atas kepala
Aku melihat sebuah pertanda atau berkah
Lalu kudengar orang di sekitarku mengucapkan bla..bla..bla..

Oh, apa itu? Di mana aku?
Mengapa pengeras suara tak lagi bersenandung?
Mengapa banyak bintang gemerlapan bersinar tanpa ragu?
Sudah berakhirkah hari bahagiaku?

Ku gerakkan tangan dan kaki mendekati teman-teman
Aku bicara lantang tapi mereka tidak mendengarkan
Ingin ku berbagi cerita, keluh kesah dan pertanyaan
Namun meski di antara keramaian aku tetap merasa sendirian

Aku berseru kencang namun yang terasa hanyalah sepi
Ku berseru lagi dengan minuman keras di tangan sampai lupa diri
Tetap saja tidak ada yang peduli!
Sepi, sunyi!

Esok pasti ku tahu mengapa tidak ada yang mau mendengarkan
Karena kemarin aku mengira hidupku benar-benar tanpa harapan!

Jakarta, 5 Desember 2009
AYU SAPTARIKA

Minggu, 29 November 2009

Walking Back On Track


Kata orang, jodoh akan datang sendiri jika seseorang sudah siap lahir batin. Siap dengan definisi bahwa sudah 'berjalan' di jalur kehidupan yang memang diciptakan untuknya. Jalur itu sudah terlukis di telapak tangan ketika seseorang dilahirkan. Akan tetapi seiring perjalanan kehidupan, banyak godaan dan cobaan yang membuat seseorang hilang dan tersesat.

Tentu Anda pernah mengalami masa puber ketika remaja. Menurut para ahli kejiwaan, masa tersebut adalah momen transisi di mana seorang anak tengah mencari jati diri.
Aku ini siapa ya?
Aku ini minatnya apa?
Aku ini mau jadi apa?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin sering dilontarkan kepada diri sendiri ketika remaja. Namun, bagi rekan-rekan yang sempat 'tersesat', tidak menutup kemungkinan bahwa momen ini akan terulang kembali.
Pepatah malu bertanya sesat di jalan memang terbukti benar dan tak terkecuali dalam pencarian jalan hidup. Momen transisi bisa terjadi lagi saat seseorang mulai menghadapi kehidupan nyata. Sebuah realita yang di dalamnya terdapat aneka bentuk kebaikan maupun kekejaman. Ya, pertanyaan-pertanyaan di atas kembali dilantunkan pada diri sendiri. Saran saya, jangan lagi bertanya atau minta pendapat orang lain. Tanyakan hanya pada diri sendiri sampai mendapat jawaban yang memuaskan!

Langkah kaki Anda dengan saudara, teman, keluarga dan rekan-rekan lainnya mungkin terlihat hampir sama secara fisik. Akan tetapi mengenai jalan dan jalur tempat kaki dilangkahkan dijamin tidak ada satupun yang sama meskipun seseorang memiliki saudara kembar.
Apa yang terjadi jika Anda ingin berada di jalur yang sama dengan orang lain atau entah bagaimana ada orang lain yang menginginkan Anda berjalan di jalur yang bukan diyakini? Jawabannya adalah sebuah penyangkalan diri. Anda akan menjadi 'orang lain' yang pada akhirnya merasa sangat asing dan hilang dengan diri sendiri.

Seorang aktor dan aktris teater atau televisi yang biasa bersandiwara pasti memiliki waktu beristirahat. Walau istirahat hanya 1 jam untuk makan, namun momen ini turut dimanfaatkan untuk melepas rindu untuk menjadi diri sendiri setelah lelah berperan sebagai orang lain. Bayangkan jika dalam kehidupan nyata, Anda hidup selama 24 jam dengan berpura-pura. Anda pasti akan frustasi dan hei, awas hati-hati jangan sampai berakhir di sanatorium atau malah bunuh diri! Berpikirlah yang realistis, jangan terus berkhayal. Mempunyai mimpi dan cita-cita tinggi tidaklah salah, tapi realita adalah hal utama yang harus dihadapi.

Tak ada kata terlambat untuk menyadari sesuatu yang salah dalam hidup. Tidak ada kata terlambat untuk bertekad agar tak tersesat lagi. Menyadari di mana 'salah belok' dalam jalur kehidupan memang bukan hal yang gampang. Akan tetapi menyadarinya adalah awal dari sebuah perjalanan baru yang nantinya dihiasi oleh lampu-lampu terang. Siapa tahu, di ujung jalan bertemu dengan kesuksesan. Saya rasa, siapapun pasti tidak akan menolaknya.

Bila pikiran tenang, hatipun ikut tenang dan penyakitpun jarang 'hinggap' di tubuh. Dengan begitu, kaki akan tahu kemana harus melangkah. Tangan akan tahu apa saja yang harus dikerjakan. Namun jangan lupa, bersiap selalu untuk hal-hal tak terduga yang bisa terjadi diluar kuasa Anda. Sehingga, ketika rencana kurang berjalan lancar, kecewa yang dirasa tidak menusuk hingga 'melumpuhkan'.
Selanjutnya bersiaplah, mungkin Anda akan menjumpai seseorang yang ditunggu-tunggu. Lihat saja, sebentuk cincin akan menghiasi jari manis dengan segera!

Don't cry too long when you are lost. Don't let the fire of sadness and dissapointment burn your mind and soul. Wake up and never give up to find your perfect path in life. God bless you!


Senin, 09 November 2009

FORGETFUL SOUL



I’m sensing a great energy
But I don’t know what it is
I try to analyze what it should be
But my soul fly away and lost in fear

I'm searching it in all the walks of life
But I am still confuse to recognize which one
Keep on asking how to resolve this lack
Using my own brain because it is the perfect judge

I retrace my past finding the way back home
I did it good and the result is wow
I am sure God has a great plan to be taking care of
Especially for me who finally found my forgetful soul



Jakarta, 19 September 2009
AYU SAPTARIKA

THE KILLER QUEEN



Boy friends, girl friends can come and go
So don’t be sad, let’s just take it slow
I hear nothing but music everywhere I go
I think nothing but art even when I’m low

People hit the club wandering for mate
But I am there for trench, having fun in dance
Some people say if art is only a ‘side dish’
Oh, I don’t think so because for me it is the perfect bliss

Ring.. ring.. ring.. the telephone is ringing
I pick up and smiling because my new boyfriend is calling
I love writing and singing but how could you said that I’m kidding
Well, watchout boy because The Killer Queen is coming!


Jakarta, 25 September 2009.
AYU SAPTARIKA

TIGER



The tiger is sick like hell
Even from the outside it looks so well
The tiger would likes to tell
But it seems the other doesn’t care

You might impressed by its grace
You do tempted by its face
It might has a powerful strength
But it also has a fragile sense

Mesmerized by its charisma
See its beauty from high wall
Think it was created to be the king of heart
But it doesn’t heal the pain of sharp claw

The tiger needs a help
The tiger needs its friend
The others who would like to dwell
Until it feels fresh and well


Jakarta, 10 August 2009
AYU SAPTARIKA

STRONG SPIRIT ME


Aerosmith say “Jenny got a gun!”
They sing a song under the ray of sun
I walked away from a great long haul
Finding my self back then having so much fun

Mr. Bean drives an old mini cooper
He makes people laugh because he is a back number
I’ve been seek the gold in the name of super
And I realize that I’m not yet the real tough fighter

Twiggy was on the headline long time ago
Became the role model even not the right girl for Mr. Bond
I feel extremely bored and try to go
But my future is smiling and says “Hold on!”

Queen embrace the sport in “Bicycle Race”
Grease everybody’s palm with their energetic pace
My father said “Just do your best”
Of course I’ll do it to grab my big success!



Jakarta, 23 September 2009
AYU SAPTARIKA
Image : by Jane Starr Weils http://www.storeonline.com/.

ONE LAST DAY


I open my eyes to see
But why there’s only a black shadow around here
I hear someone calling on me
Wanting me back for coming to their feast

I can’t move and stand
I can’t say “Hi!” and scream aloud
I feel quiet like there’s no rhythm of marching band
So, I struggle hard to break this ultimate silent bound

He wants me to come back
But I make a deal to have one more day rather than a bet
I am glad because He said yes!
And right now I can open my eyes again to see the best

I see the rainbow and bright light
I see a lot of happy faces, full of delight
This is my last time before get ready to take a long flight
Fly high to the seventh sky back to the source of light

Jakarta, 5 Oktober 2009
AYU SAPTARIKA
Image : www.imagecache5.art.com by Laurie Cooper.

Antara Luar dan Dalam





“Pak, lihat tuh! Tetangga sebelah beli mobil baru. Mobil khusus buat si nyonya, kata supirnya, Saimin,” seru Widya.
”Terus kenapa, Bu? Kalau memang Pak Burhan tetangga kita mendapat rejeki melimpah apakah itu salah?” tanya Sofyan.
”Ya tidak salah. Tapi masa sih seorang Burhan yang hanya lulusan S1 lokal dan cuma bisnis toko kue kecil-kecilan bisa punya rumah lebih besar dan mobilnya lebih dari tiga?”
Lha, kalau memang pak Burhan giat bekerja dan akhirnya bernasib baik, bapak rasa ia pantas menikmatinya.”
Ah, bapak nih! Bapak juga bisa lebih hebat dari dia. Tapi bapak terlalu main aman dan kurang memanfaatkan kesempatan!”
”Bu..bu.. Apa kehidupan kita saat ini kurang bahagia? Anak dua-duanya mendapat beasiswa di universitas negeri, tinggal di rumah yang nyaman walau tak semewah tetangga dan bisa jalan-jalan walau mobil cuma ada satu.”
Sofyan Mahendra adalah seorang sarjana teknik arsitektur. Ia berotak cemerlang dan berhasil mendapat beasiswa di German untuk gelar masternya. Ia juga pandai bergaul dan memiliki selera humor. Dikalangan para arsitek Indonesia, namanya cukup terkenal. Ia menangani banyak proyek mulai dari gedung, apartemen eksklusif, hingga perumahan kelas menengah. Kreasinya tidak pating clekutik, tepat guna, nyaman dan apik. Ia lihai dalam memanfaatkan lahan. Tidak seluruhnya dijadikan beton berhias daun pintu dan kaca jendela. Ciptaanya memiliki proporsi seimbang antara bangunan dan tempat hidup tumbuhan. Tak heran buah pikirnya kerap digemari para pecinta hunian yang nyaman dan asri.
Kehidupan dengan istrinya, Widya Hartanti, telah dijalani lebih dari 25 tahun dan dikaruniai dua orang anak bernama Anita dan Antoni. Widya adalah seorang ibu rumah tangga yang mengisi hari-harinya dengan memasak bagi banyak keluarga di sekitar alias melayani jasa katering rantang. Setiap pukul 4 subuh ia dan pembantunya, mbok Minah, berbelanja ke pasar tradisional untuk membeli bahan makanan yang akan dimasak bagi para pelanggan dan juga keluarganya sendiri.
Ia adalah seorang perempuan yang pintar, mandiri, juga cantik. Berulang kali suaminya menawarkan jasa supir, ia selalu menolak. Ia memilih menyetir sendiri ditemani mbok Minah yang duduk di sebelahnya. Untung saja walaupun mobil hanya satu tapi bertransmisi automatic. Setidaknya kalau ’kencan’ dengan kemacetan metropolitan, mulutnya tidak mengeluarkan keluhan banyak dan lututnya tidak berasa mau copot serta gemetaran. Lagi pula, inilah gunanya teknologi tuturnya saat ditanya sang suami sebelum membeli mobil tersebut.
Awalnya, Sofyan bekerja pada sebuah perusahaan pembangun gedung dan tempat tinggal pimpinan kawannya. Ia mengenalnya ketika bersama-sama menuntut ilmu di negara yang terkenal dengan sosok pria berkumis dan berlambang swastika. Sayangnya, nasib buruk menimpanya ketika terjadi kerusuhan besar pada tahun 1998. Jika peristiwa ini tidak terjadi, ia bisa menjadi miliyuner karena mengerjakan proyek pembangunan apartemen mewah di Singapura. Ia pun telah berencana memboyong anak dan istrinya ke negara tetangga tersebut.
Tiga hari sebelum timnya bertolak ke negara tetangga, terjadi kerusuhan masal di Jakarta. Pertokoan dirusak, barang-barang dijarah, dan aksi bakar-membakar yang membabi buta menjadi pemandangan tak terlupakan di ibukota. Denting pecahan kaca gedung dan pertokoan yang dihancurkan oleh orang-orang kalap, senantiasa menggores serta melukai siapapun didekatnya yang lari tunggang-langgang mencari selamat maupun yang berhasil membawa jarahan hingga berdarah. Ibukota benar-benar kacau hingga berakibat buruk pada kondisi ekonomi negara. Dalam peristiwa ini berbagai kerugian dari segi materi maupun moral serta psikis lantaran menderita trauma dialami oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
Perusahaan tempat Sofyan bekerja juga kena imbasnya. Gedung kantornya tidak ’gaya’ lagi dan yang paling parah kantornya tidak ’hidup’ lagi. Perusahaan tidak mampu melunasi hutangnya akibat inflasi gila-gilaan paska kerusuhan yang membuat nilai rupiah serata dengan tanah. Pemiliknya pun segera angkat kaki dari tanah air dan kabarnya saat ini berada di Australia entah kerja apa.
Sejak itu, Sofyan menjadi pengangguran. Untung saja ia dan istrinya cukup pandai mengatur keuangan. Uang yang diperoleh ketika ia masih berjaya selalu disisihkan untuk ditabung, didepositokan serta dibelikan beberapa batang emas sebagai pilihannya dalam berinvestasi jangka panjang. Keluarganya selamat dari jerat krisis ekonomi selama beberapa waktu walau sang kepala keluarga kehilangan pekerjaan. Tentu saja keberhasilan ini bisa tercapai karena Widya yang mau memulai usaha katering rantang serta berkorban untuk tidak beli ini-itu sebab uang diprioritaskan untuk makan dan bayar uang sekolah anak. Ia bersyukur memiliki istri pengertian walaupun sebenarnya juga frustasi karena tidak memiliki pekerjaan.
Tahun silih berganti namun trauma tetap membekas di hati Sofyan. Kini ia bekerja sebagai dosen tetap di fakultas teknik arsitektur di sebuah universitas swasta. Sifat pantang menyerahnya ’mematikan’ ingatan tentang mendapatkan harta karun yang tinggal selangkah lagi di kala itu. Ia termasuk dosen favorit. Muridnya selalu antusias bila mendengarkan penjelasannya yang to the point dan sesekali diselingi humor penangkal kantuk. Jika penasaran mengapa ia menjadi pengajar yang disukai, biasanya para mahasiswa dan mantan mahasiswanya memiliki jawaban serupa.
Ia mengajarkan lebih dari sekedar ilmu arsitektur. ”Ketika merancang bangunan apalagi rumah, bayangkanlah bahwa kita si perancang adalah si calon pemakai atau penghuni. Tidak ada gunanya merancang bangunan yang dari luar terlihat spektakuler namun sama sekali tidak nyaman saat ruang-ruang di dalamnya ditelusuri. Baru ditelusuri saja sudah merasa asing, apalagi untuk dihuni dan dipakai sepanjang waktu. Buatlah bangunan tersebut memberi kenyamanan optimal sehingga si penghuni merasa memilih arsitek yang tepat. Dengan begitu, mudah-mudahan rejeki berikutnya akan mengalir lancar,” kata seorang mahasiswa yang punya ingatan baik tentang ’petuah sakti’nya.
Selama 6 tahun menjadi dosen, Sofyan sering ditawari pekerjaan oleh kenalan masa lalunya untuk mendesain gedung atau perumahan. Tentu saja proyek ini nilainya besar bukan kepalang. Sayangnya, ia masih trauma dengan pengalaman buruknya yang lampau. Proyek-proyek menggiurkan seperti ini selalu ditolak dengan alasan tanggung jawabnya sebagai dosen yang memiliki jadwal mengajar padat. Keputusannya kerap membuat marah sang istri. Biasanya Widya akan berkata dengan nada ketus dan kesal seperti ini : ”Ada yang menawari uang banyak kok tidak dimanfaatkan!” Jika sudah begini, ia menepisnya dengan tenang dan sok bijak. Situasi negara yang tak menentu sehingga proyek tersebut berisiko tinggi adalah alasan andalannya.
”Pak Sofyan, Anda dipanggil bapak rektor,” seru Irawan yang juga seorang pengajar.
Oh iya, saya akan menemui beliau,” jawabnya dengan sedikit kaget karena tengah sibuk memeriksa tugas para mahasiswa di ruang dosen.
”Selamat siang, Pak!” sapanya kepada Budiman Harjanto, sang rektor fakultas teknik.
”Siang juga, Pak. Mari silahkan duduk.”
”Bapak memanggil saya, ada apa?”
“Begini, saya butuh bantuan bapak. Seiring bertambahnya mahasiswa Desain dan Teknik Arsitektur beberapa tahun belakangan ini, pihak universitas telah memutuskan akan membangun gedung baru berlantai empat khusus untuk dua fakultas ini,” jelas Budiman.
Wah, jika proyeknya seperti ini saya akan senang sekali membantu apalagi ikut berpartisipasi dalam membuat desainnya.”
”Tepat sekali! Itulah yang dari pertama dipikirkan oleh pihak universitas. Buat apa cari arsitek dari tempat lain, wong universitas kita punya dosen yang gak cuma pintar mengajar tapi juga telah berhasil berkreasi di berbagai wilayah Indonesia. Rencananya proyek ini akan dimulai 3 bulan lagi. Gimana, bersedia?”
Penawaran menarik ini diterima Sofyan dengan penuh sukacita. Rasanya senang sekali sampai ia ingin berteriak. Kerinduannya Untuk merancang bangunan lagi kini sirna sudah. Apalagi ini adalah bangunan baru gedung perkuliahan tempat ia akan mengajar serta mahasiswa datang dan pergi. Jelas saja pak Budiman sangat mengharapkan peran Sofyan dalam pembangunan ini sampai-sampai ia telah menyiapkan calon dosen pengganti karena ia tahu bahwa ’menelantarkan’ mahasiswa sama sekali bukan gaya dosen yang satu ini. Sofyan akan tetap mengajar tetapi jadwalnya dikurangi. Urusan perjanjian kerja, pembayaran, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan proyek tersebut akan dibicarakan kembali dengan rektor minggu depan.
Hari ini hari Jumat, Sofyan tak sabar memberitahukan kabar gembira tersebut pada istri dan kedua anaknya. Ketika ia sampai di rumah, Widya langsung dipeluknya sambil menceritakan proyek gedung baru yang dipercayakan kepadanya. Istrinya sangat senang hingga hampir menangis terharu dan tak lupa memberinya selamat. Ia pun berterimakasih pada istrinya karena selalu mendukung hingga kini mendapat proyek besar yang dinilainya ’cukup aman’.
”Telepon anak-anak suruh besok pulang dari kos-kosan. Bapak punya kabar baik dan mau traktir makan!” ujar Sofyan pada istrinya.
Keesokan harinya tepat pukul 10 pagi dihari Sabtu, kedua anaknya pulang ke rumah. Anita yang mendapat beasiswa di fakultas kedokteran dan Antoni yang mendapat beasiswa di fakultas ekonomi akuntansi. Mereka berempat saling memberi salam, menanyakan kabar dan bercerita lantaran kedua anak ini sudah dua bulan lebih tidak pulang karena sedang ujian akhir semester.
Sementara sedang bersiap untuk pergi makan siang setelah saling bertukar cerita singkat, Sofyan mendengar keributan dari tetangga sebelah. Ia melihat sekelompok orang sedang beradu mulut sengit dengan Pak Burhan. Ia hanya berani mengintip dari kejauhan. Mencampuri urusan orang lain yang sedang bersilat lidah bukanlah hal yang tepat. Obrolan sengit ini pun berakhir mengejutkan. Keempat mobil milik Burhan dibawa, mungkin lebih tepatnya disita.
15 menit setelah peristiwa itu, terdengar kabar dari mbok Minah bahwa sekelompok orang tersebut adalah para penagih hutang dari bank tempat Burhan meminjam uang. Pintar juga datang hari Sabtu pagi saat orang-orang sedang ingin santai dan bangun siang, batin Sofyan. Widya pun terkejut mengetahuinya, ternyata selama ini tetangganya kaya hutang.
Waktu menunjukkan pukul 11.30. Sofyan sekeluarga segera berangkat menuju mall untuk makan siang bersama walaupun kepalanya masih dipenuhi tanda tanya mengenai kejadian yang dialami oleh tentangga sebelah rumah. Sesampainya di mall, seperti biasa para sales kartu kredit menyambut dengan ramah diiringi janji-janji penuh pesona.
”Kartu kreditnya, Pak. Gratis iuran setahun pertama. Bapak sudah punya kartu kredit?” tanya seorang sales kepada Sofyan.
”Sudah banyak, Mas.”
”Apa aja, Pak?”
”Ini dia,” katanya sambil menunjukkan sebuah kartu kredit keluaran bank yang reputasinya sudah mendunia.
Ah.. baru satu, Pak. Tambah lagi dong, diskon dan kerjasama dengan restorannya banyak lho! Apalagi untuk shopping ibu,” rayu si sales.
“Kartunya memang cuma satu tapi tagihannya sudah banyak, pusing saya! Jadi ya jangan ditambah-tambah lagi, ” ujarnya sambil tertawa.
Aahh.. bapak bisa aja!” kata si sales.
Widya beserta kedua anaknya dan si sales ikut tertawa mendengar gurauan Sofyan. Sales itu pun pergi lalu mereka sekeluarga berjalan menuju restoran yang menyajikan soto betawi favorit.
Sesampainya di restoran mereka langsung memesan makanan. Sambil menunggu pesanan, Sofyan berkata dalam hati. Dasar dunia, ternyata yang dari luar terlihat sangat ’wah’ belum tentu dalamnya juga ’wah’. Bisa jadi dalamnya malah ’aduh’ bahkan ’ya ampun!’. Kejadian yang dialami tetangganya tadi pagi plus gurauan kartu kredit mengingatkannya pada sebuah filosofi hidup. Ia pun yakin, istrinya turut memahami lebih dalam tentangnya saat ini. Seperti merancang sebuah bangunan, antara luar dan dalam terdapat banyak pilihan untuk menentukan bagaimana penampakan serta bentuknya. Namun, sesuatu yang esensial dalam hidup sudah selayaknya mendapat perhatian lebih dari pada hal-hal yang hanya terlihat oleh mata. Orang-orang sering hanya melihat apa yang ingin dilihat tetapi lupa dengan fakta dan realita.
Ah.. sudahlah, yang penting buatnya saat ini adalah menikmati makan siang bersama keluarga sambil menceritakan proyek gedung baru yang tak lama lagi akan ia kerjakan dengan antusias sekaligus mengisi pundi-pundi emasnya dengan deras seperti air terjun.
”Mari makan!” serunya sambil mulai menyeruput kuah soto setelah mengawalinya dengan doa bersama serta senyum penuh kemenangan.

Jakarta, 31 Agustus 2009
AYU SAPTARIKA
Seluruh cerita dan tokoh adalah fiktif.
Image : http://www.colorbond.com/, http://www.teonline.com/.

Si Bodoh Pengabdi Ulung














Namanya Tulkijah. Lelaki asal Kebumen berusia 23 tahun. Ia bertubuh tinggi, kurus, kulit cokelat kusam, pipi kempot dan rambut acak-acakan. Ia ingin ke kota mengadu nasib yang konon orang-orang dusun sekitar menganggap hal itu sangat sepele seperti mengadu ayam. Jika menang dapat untung, jika kalah dapat kecewa lalu pulang. Lelaki desa yang lugu ini lahir dari kalangan kurang beruntung. Sejak Jakarta masih bernama Batavia keluarganya menjadi abdi dapur dan rumah tangga para kompeni di Purwokerto. Orang tuanya tidak memiliki uang untuk menjadikanya lelaki berotak cemerlang. Keterampilan yang dimiliki hanya ala kadarnya. Apa mau dikata sekolah dasar saja tidak tamat karena tak ada biaya.
Tulkijah nekad merantau ke kota. Dalam fantasi sederhananya ia bertujuan mencari peluang menang seperti permainan adu ayam yang biasa dilakukan di kampung halaman. Tangis pilu bercampur haru dari keluarganya mengiringi ia berlalu dari peron stasiun kereta ketika sang surya berwarna jingga terbit memberikan senyum penuh harapan pada jam enam pagi.
Perjalanan dengan kereta yang penuh perhentian dirasakanya bagai perjalanan menuju Antartika. Kok tidak lekas sampai di Jakarta, ujarnya dalam hati yang mulai galau. Kegalauannya membuat ia lelah kemudian terlelap sambil memeluk tas berbahan goni yang isinya beberapa pakaian ganti dan uang seadanya.
”Aqua, qua, qua, qua...”
”Bu... seribu!” “Mijon-nya, mijon-nya, mijon-nya..”
teriak seorang pedagang asongan yang sulit mengucapkan kata Mizone, sebuah minuman elektrolit yang tengah digemari. Teriakan sang pedangan memekakkan telinganya
yang terlelap hingga kaget dan terbangun. Ia sudah sampai di stasiun Kota. Sambil terhuyung-huyung karena masih mengantuk ia jalan perlahan menuju pintu gerbong kereta. Para pedagang asongan di luar berteriak-teriak bergantian bahkan ’bertindihan’ sehingga para calon pembeli bingung barang apa saja yang mereka jual. Air, kacang, permen, tissu, tahu, dan entah apa lagi.
Ketika menjejakkan kaki di stasiun, ia merasa melayang seperti berjalan di bulan. Ia segera menyeka keringatnya dan memanggil seorang pedagang asongan untuk membeli sebotol air mineral. Tegukan demi tegukan air yang sejuk melepas dahaga yang tertahan sejak ia tidur. Sambil menikmatinya, Tulkijah yang telah kembali segar segera berlalu mencari bus ke arah Tangerang, ke rumah paman Sobikun. Sesampainya di terminal kota Tangerang, paman Sobikun sudah menunggu tak jauh dari bus parkir lalu menyambutnya.

”Apa kabar, Paman? Gimana Jakarta?”
Ah, ibukota ternyata lebih kejam daripada ibu tiri! Makanya paman milih tinggal di pinggiran,” katanya sambil mengajaknya jalan mencari becak. Tulkijah hanya senyum dan garuk kepala tanda tidak mengerti. Ia tidak tahu nasib seperti apa yang akan ia dapat dari proses mengadunya yang akan segera dimulai.
Kendaraan roda tiga yang digenjot dari belakang sudah langka di kota Jakarta. Kemajuan zaman membuat bus-bus besar berbahan bakar gas mendominasi trayek-trayek favorit bagi masyarakat kota yang meminta perbaikan infrastruktur serta fasilitas demi mencapai taraf hidup lebih modern. Paman Sobikun dan Tulkijah terbuai sejenak dalam alunan angin sepoi-sepoi yang bertiup ke wajah saat naik becak.
”Stop kiri di gang dekat tiang listrik, Pak!” kata sang paman. Ia mengeluarkan selembar uang lima ribu rupiah lalu mengajak ponakannya menyusuri gang kecil dengan parit berair hitam hingga sampai ke rumahnya.
Rumah pamannya boleh dibilang mengadaptasi gaya arsitektur kontemporer skala melarat. Perpaduan antara karya arsitek asal Belanda, Rem Koolhaas, yang bersudut-sudut layaknya Seattle Central Library dan karya Tadao Ando yang simple di atas lahan sangat terbatas. Rumah itu terbuat dari kardus bekas, triplek dan anyaman gedek. Tidak lurus, tidak juga miring tetapi jelas meleyot di sana-sini. Lantainya bukan marmer merek Essenza tapi hanya tanah dialasi kain terpal yang kerap jadi lembab dan dingin dikala musim hujan.
Ia mengajak ponakannya itu masuk. Tulkijah tidak menyangka bila paman yang tinggal di kota ternyata hidup lebih melarat walau pernah sekali pulang kampung sambil bercerita tentang gedung tinggi, mobil Mercedes, sekelompok lelaki bersetelan jas mahal, hingga Taman Impian Jaya Ancol.

Paman Sobikun memperkenalkan Tulkijah pada istrinya, Aminah, yang sedang menyiapkan makan malam. Penghasilan dari penjualan kardus serta botol bekas yang dikumpulkan hari ini tidak banyak. Apalagi, keluarga pemulung ini kedatangan tamu. Malam ini terpaksa mereka bertiga hanya makan nasi, garam, cabe rawit, dan krupuk. Melihat keadaan ini, Tulkijah dengan sadar diri berkeinginan untuk segera mendapat pekerjaan. Sepertinya ’menumpang’ paman yang melarat bisa-bisa membuatnya diusir dalam waktu tak lebih dari tiga hari karena menjadi beban.
Selama di perjalanan, Tulkijah mencermati bahwa banyak perusahaan keramik dan tekstil di daerah ini. Pamannya pun mengiyakan karena Tangerang memang termasuk kota industri.
”Saya ingin mengisi waktu jadi kuli angkat barang sambil mencari pekerjaan lain agar bisa mendapat uang untuk makan bersama paman dan bibi,” kata Tulkijah tulus.
”Baiklah! Besok pagi paman kenalkan kamu ke Pak Dadang. Mandor di salah satu perusahaan keramik. Siapa tahu kamu bisa bantu jadi kuli angkut. Lumayan, upahnya bisa buat makan tiga hari.”
Santap malam ekstra sederhana serta obrolan singkat berakhir. Bibi Aminah mencuci piring kotor yang pinggirannya sudah gompel di area dapur minimalis berukuran 1,5m x 2m. Tulkijah tidak melihat ada ruang lagi selain dapur kecil dan tempat mereka makan bersama yang berukuran 3m x 2m. Di ’aula serbaguna’ inilah mereka tidur, berbincang, makan dan bergurau. Lalu kamar mandi? Jalan ke belakang rumah sekitar 5 menit jauhnya akan ada sungai yang di atasnya terdapat ruang berbentuk kubus dengan kaki panjang seperti orang pakai egrang. Tempat ini biasa digunakan penduduk untuk mandi dan buang air.
Keesokkan harinya, paman kembali bekerja mengumpulkan kardus dan botol plastik bekas sembari memperkenalkan ponakannya pada mandor perusahaan keramik. Pagi itu terasa singkat untuk Tulkijah. Biasanya di kampung ia menyantap ubi madu rebus dan minum wedang jahe untuk sarapan. Kini, hanya ada teh hangat seduh tanpa gula yang hampir basi karena sudah diseduh lebih dari 3x. Terakhir, teh ini menemani santap malamnya. Setelah mengisi perut mereka keluar rumah mulai mengadu nasib.
Sampailah mereka di pabrik keramik tempat Pak Dadang jadi mandornya. Pamannya menyapa sang mandor dan membicarakan maksud kedatangannya ke sana.
Ah, kebetulan sampean kemari! Si Ucup lagi kena demam berdarah. Cuti entah sampai kapan. Bolehlah ponakanmu bekerja jadi anak buahku. Seminggu 6 hari kerja. Senin sampai Sabtu, jam 8 pagi sampai jam 6 sore. Upah Rp 35.000,00/hari. Gimana?”
”Boleh, Pak!” jawab Tulkijah antusias.
Hari itu berlalu dengan semangat karena Tulkijah mendapat peran baru sebagai kuli angkut keramik dari pabrik ke truk untuk didistribusikan ke seluruh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Philipina. Mendekati jam 6 sore yang merupakan waktu pembagian upah, punggungnya seperti dihujam ribuan jarum tajam yang membuatnya ngilu dan perih hingga ia terjatuh duduk dekat pos satpam di sebelah truk. Satpam yang berjaga menyapanya sambil memberi dua lembar koyo untuk pundaknya.
”Terimakasih ya, Pak. Aduh, punggung saya sakit sekali! Maklum hari pertama belum biasa,” jawab Tulkijah sambil meringis dan berpeluh.
Hari lekas berganti, tahun demi tahun turut bergulir. 2,5 tahun sudah ia menjadi kuli angkut di pabrik ini. Tubuhnya tak lagi kurus. Kini bahu, lengan dan betisnya berotot ditambah telapak kaki serta tangan yang kasar dan penuh kapalan. Sosok tubuh seorang kuli sejati.
Hari ini adalah hari ke-9 di bulan September tahun 2009. Kebetulan sang pemilik perusahaan datang berkunjung sambil membawa anak lelakinya, Handoyo Setiawan, yang baru saja pulang dari studi master di Amerika. Anak lelaki ini tampan, gaya, telah beristri dan memiliki 2 anak. Handoyo sangat tertarik dengan sosok Tulkijah, seorang kuli paling rajin di pabriknya. Ia menginginkannya menjadi penjaga rumah dan keinginannya tersebut disetujui oleh sang ayah.
”Hei, Mas! Mulai besok pagi kemasi barang mu dan ikut saya,” kata Handoyo kepadanya.
”Saya mau diajak ke mana, Pak?” tanya Tulkijah panik.
”Kamu akan menjadi penjaga rumah saya. Jaga anak, istri, mobil dan rumah dari maling. Sesekali bantu istri saya juga beres-beres rumah terutama kalau ada wastafel bocor atau keran air rusak.”
Tulkijah senang bukan kepalang. Beban di bahu terangkat sudah. Kardus-kardus berisi lempengan keramik seberat 10-15kg yang menjadi sahabat kedua punggungnya akan ditinggalkan.
Kini Tulkijah tinggal di rumah Handoyo, tuan muda pewaris tunggal perusahaan keramik yang dermawan. Ia tinggal di sebuah rumah tingkat nan megah seluas 2 hektar di wilayah Jakarta Selatan. Garasinya penuh 4 mobil Mercedes dalam berbagai seri dan warna, plus dua motor besar a la Renegade. Halaman rumahnya luas, hijau tertata rapi dengan bunga berwarna-warni dan kolam kecil air terjun berisi ikan koi merah-putih.
Tapi dasar Tulkijah bodoh. Keterampilannya terbatas dan jarang menggunakan akal sebab orangtuanya tidak punya biaya sekolah. Kerap kali jika tuan dan nyonya Handoyo meminta bantuannya pasti tidak dilakukan dengan benar. Disuruh A malah mengerjakan B. Disuruh A, B, C yang dikerjakan hanya C. Ada saja kelalaian yang ia buat karena keterbatasan dalam bernalar dan berpikir multitasking. Ia hanya handal dalam urusan kekuatan fisik.

Bukan salah Tulkijah jika ia kurang pandai dalam urusan keterampilan mengerjakan suatu perintah. Tuan dan nyonya juga harus sadar bahwa ia bukan lulusan Amerika. Ia tidak pintar dan butuh banyak bimbingan. Mungkin tuan dan nyonya sering kesal dan marah. Tapi jelas bahwa tuan dan nyonya butuh orang seperti dirinya. Orang dari kalangan kurang beruntung yang akhirnya ditakdirkan untuk melakukan suatu pekerjaan yang tak mungkin dilakukan oleh orang berada.
Namaku Tulkijah. Bila mencari donor otak, mungkin otak ku mahal harganya karena jarang dipakai. Tapi aku seorang pengabdi yang setia. Aku jujur dan tahu berterimakasih. Kini aku bisa makan daging walau sisa dari keluarga Handoyo Setiawan. Kini aku bisa bercerita bagaimana mewahnya mobil Mercedes dan deru menggetarkan dari knalpot motor Harley Davidson walau hanya sebatas melihat dan membersihkannya dari debu.
Aku memang tidak pandai. Tapi hanya ini yang bisa aku lakukan untuk memberi makna dalam hidupku. Aku si bodoh pengabdi ulung bernama Tulkijah. Bila ditanya apakah adu ayamku menang atau kalah, aku hanya bisa menjawab bahwa kehandalanku adalah menyaksikan para pengadu ulung bertanding dari kejauhan lalu merapikan arenanya setelah sang pemenang dinobatkan.


Jakarta, 22 Agustus 2009.
AYU SAPTARIKA
Semua tokoh dan cerita adalah fiktif.
Image : tbelfield.files.wordpress.com, http://www.irwan.net/.




Jumat, 18 September 2009

DARE TO BE DIFFERENT!






























Ada yang mengatakan bahwa perbedaan bisa membuat dunia lebih berwarna dan penuh inspirasi. Akan tetapi banyak juga yang berpendapat bahwa perbedaan adalah hal yang dianggap nyeleneh, kurang bisa diterima dan malah sering dianggap aneh serta harus disingkirkan. Lalu, apa makna perbedaan yang sebenarnya? Menurut definisi yang saya dapatkan dari Wikipedia, perbedaan adalah sebuah keadaaan dimana keadaan tersebut berkebalikan atau kontras dengan persamaan serta keseragaman yang terjadi di antara objek-objek sekitar. Perbedaan hanya dapat dinyatakan jika ada perbandingan atau kategori dalam suatu objek. Hal-hal yang relevan atau atribut-atribut yang bisa mendefinisikan sebuah objek dengan jelas adalah hal yang HANYA dapat digunakan untuk memberi pernyataan bahwa objek tersebut sama atau berbeda dengan yang lain.
Anda pernah mendengar cerita “The Ugly Duckling”? Si bebek kecil ini begitu hancur hatinya karena memiliki warna abu-abu. Sebuah warna yang berbeda dari saudara-saudara dan ibunya karena warna mereka kuning dan terlihat menggemaskan. Si bebek kecil ini sering dihina oleh saudara-saudaranya karena dianggap buruk rupa, lain sendiri dan aneh. Ia sering menangis dan kesal tapi sayangnya tidak ada satupun saudaranya yang mengerti padahal ia sama sekali tidak pernah minta untuk dilahirkan dengan warna lain sendiri. Ibunya berusaha memahami dan menghibur tapi tetap saja si bebek abu-abu ini selalu risau karena perbedaan yang ia dapatkan diperoleh dari Tuhan, bukan karena ia nakal atau tersiram cat secara tidak sengaja ketika bermain di tepi danau. Ia terus berkaca di air sambil bertanya pada diri sendiri “Kenapa? Kenapa aku berbeda dari yang lain? Ada apa dengan diriku? Kenapa aku begini?”
Dari penggalan cerita tersebut dapat disimpulkan bahwa menjadi beda ternyata membutuhkan konsekuensi sangat besar. Perbedaan bisa membuat seseorang dikagumi atau malah dicemooh tanpa henti. Menjadi berbeda sama sekali tidak mudah karena ‘sentilan-sentilan’ suara sumbang yang mengkritisi atau mengkomentari tentangnya akan selalu menghiasi telinga layaknya nyanyian surga. Lagi, lagi dan lagi, terus, terus dan terus hingga berujung pada kekesalan, frustasi , stress atau senang setengah mati karena justru kekuatannya yang berbeda adalah sumber inspirasi orang banyak sehingga ia pantas dianggap sebagai panutan.
Wow, bisa dibayangkan betapa orang yang memiliki keunikan adalah orang yang HARUS bermental baja, besar hati, tegar dan berpendirian kuat. Jika tidak, maka sangat mungkin perbedaan yang ada dalam dirinya akan berbalik menyeretnya menuju gerbang kehancuran menyongsong masa depan suram tanpa harapan. Kenyataanya, YA, dunia memang membutuhkan keanekaragaman, sebuah keadaan yang tidak melulu seragam serta sama dan justru inilah yang membuat bumi berputar dinamis, penuh warna-warni, dan energi. Tidak seperti planet-planet lain yang hanya memenuhi kodrat sebagai penduduk galaksi bimasakti. Hanya berkewajiban mengitari matahari walaupun disinyalir ada mahkluk yang disebut alien dengan kemampuan serta pola pikir super genius memiliki peradaban yang jauh lebih modern dan berteknologi canggih.
Menjadi berbeda memang tidak mudah dan kerap memubuat ‘tersiksa’ akibat adanya pendapat umum yang menyatakan persamaan sering mendapat dukungan dari khalayak ramai. Menanggapi sebuah perbedaanpun bukan hal gampang seperti halnya membalikkan telapak tangan. Tidak semua orang dapat menerima dengan pikiran terbuka lalu mau menghargainya, tak terkecuali orang tua yang memiliki anak dengan pola pikir, minat, keinginan, atau potensi yang jauh berbeda walaupun ada pepatah mengatakan “Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya.” Nyatanya, ada saja kasus perbedaan dari aspek ini-itu dalam kehidupan setiap pribadi. Menurut saya, inilah yang menyebabkan sebuah perbedaan bisa berakibat positif atau negatif bagi seseorang.
Kembali kepada cerita si bebek yang punya warna lain sendiri. Anda pasti sudah mengetahui kelanjutannya bukan? Yup, ketika dewasa justru bebek yang jelek dan selalu dihina itu menjadi seekor angsa yang sangat cantik, jauh lebih memukau daripada saudara dan ibunya yang berwarna kuning serta berparuh oranye. Ternyata ia bukan berasal dari gank bebek, ia berasal dari kelompok yang lain. Akan tetapi ia tidak akan lupa dengan jasa ibu yang sudah membesarkan dan selalu memberinya dukungan untuk tetap tegar dalam menghadapi ejekan saudara-saudaranya yang sering membuatnya sedih dan menangis. Rasa kecewa dan sedih akibat bertahun-tahun dilihat sebelah mata tentu saja tetap ada. Akan tetapi hal ini malah menjadi sebuah pengalaman sekaligus dorongan yang membuatnya pantang menyerah, tegar dan rendah hati meskipun kini ia sangat cantik serta menjadi objek yang paling dikagumi oleh orang banyak di sekelilingnya.
Bila Anda termasuk orang yang punya keahlian, pendapat, kesukaan, minat, bahkan bentuk fisik berbeda dari orang pada umumnya, jangan pernah berkecil hati karenanya. Dunia ini penuh dengan aneka ragam 'wahana' menarik untuk dijelajahi. Jangan karena kurang cocok dalam sebuah bidang atau tinggal di wilayah yang dianggap bergengsi atau bernilai prestis oleh orang lain, membuat Anda senantiasa bertahan karena mengejar arti dari sebuah citra 'exterior' yang dianggap baik. Rasanya, hidup ini terlalu indah untuk dihabiskan dengan gengsi, bersedih, kecewa, gagal dan marah-marah. Kenalilah kekuatan dan keunikan yang Anda punya lantas jangan ‘mati gaya’! Rajin-rajinlah mencari informasi tentang apapun yang terkait dengannya demi kemajuan hidup karena tidak ada seorangpun dapat melarang Anda untuk meraih sukses dan bahagia dari perbedaan yang dimiliki.
Mau bukti? Agyness Deyn si model asal Inggris yang super eksentrik dan Kate Moss yang berdada rata bila dibandingkan dengan Pamela Anderson memiliki pamor tersendiri karena keunikannya hingga termasuk model ngetop sepanjang masa. Cameron Diaz pun yang sempat frustasi setengah mati karena dianugerahi kaki super panjang kini justru terkenal karena postur tubuhnya selain senyumnya yang juga menawan. Leslie Hornby alias ‘Twiggy’ yang dianugerahi tubuh tipis seperti kertas, malah menjadi trendsetter postur tubuh era 60an. Patrick Dempsey si McDreamy yang memiliki penyakit dyslexia (penyakit kelainan otak sehingga susah menghafal kalimat dan gerakan) kini menjadi aktor yang rajin wira-wiri di layar kaca hingga layar lebar. Profesor Stephen Hawking pun menjadi seorang ahli Fisika terkemuka yang produktif menghasilkan banyak teori dan dalil untuk memajukan dunia ilmu pengetahuan alam walaupun menderita Motor Neurone Disease and Amyotrophic Lateral Sclerosis yang membuatnya tidak dapat bergerak aktif seperti manusia normal. Ia pun memiliki keluarga dan anak serta kehidupan yang bahagia.

So, don’t be sad. Just proud to be yourself because all you have to do is dare to be different and enjoy the good life in a colorful world!

Sabtu, 11 Juli 2009

Drunken Master


"Peteleran!!" begitu komentar seorang rekan saya ketika melihat foto ini. Foto ini adalah foto saya bersama para rekan kerja 'Formasi I' di hari terakhir saya menjadi seorang redaktur majalah mode. Kebetulan, hari terakhir tersebut bertepatan dengan hari jadi majalah kami yang pertama.

Guess what!? We had a big and prestigious party in exclusive British designers store on that special day. There were a fashion show, a live music, an award ceremony for many talented people and of course an after party with hot DJ, great crowd ++ never ending flow of red and white wine. Yup, we drunk to celebrate our hard work from the begining until that day.

Jika berbicara tentang mabuk, ada fakta menarik dari aktivitas yang satu ini. Konon katanya, orang akan berbicara sejujur-jujurnya ketika sedang 'melayang' akibat kadar alkohol dalam darah yang melampaui batas tertentu. Ketika mendengar pernyataan ini dari seorang teman saat di bangku sekolah menengah, saya menganggap itu hanya bualan belaka. Saya berpendapat : kalau begitu mengapa CIA harus bersusah payah membuat alat pendeteksi kebohongan bila ternyata orang bisa berkata jujur jika sedang mabuk! Kenapa tidak menyuguhkan beberapa botol bir atau Jack Daniels dkk untuk orang - orang yang 100% kejujurannya diinginkan? Well, who cares with that!

Namun, kini saya percaya bahwa gara-gara alkohol seseorang menjadi bisa berkata jujur. Hal ini telah dibuktikan oleh seorang rekan di malam hari jadi majalah kami beberapa waktu yang lalu. Psst..menurut saya, orang yang sedang mabuk terlihat sangat kacau dan norak! hahaha.. Penasaran dengan kalimat apa saja yang ia katakan? Ah, Anda tak perlu tahu. Menurut saya, kata-kata yang keluar dari mulut seorang pemabuk sangat lucu dan menarik seperti menonton film komedi! Bedanya, yang ini jauh lebih natural, tanpa adegan ulang, plus 'live on stage'! Terlebih, saya yang saat itu belum 'melayang' sempat berulah iseng sehingga 'pertunjukan' si Dewa Mabuk terlihat makin menggelikan.. Ooops, sorry dude!

Mengenai kejujuran, itu adalah sebuah sisi positif dari peristiwa mabuk. Berbagai problema dan pengalaman dalam kehidupan sering kali membuat mulut dan otak kita 'dipaksa' berkata dan berpikir berkebalikan dari seluruh kenyataan serta fakta yang ada. Akhirnya, hal ini bermuara pada sebuah pengingkaran terhadap diri sendiri yang sangat melelahkan dan membuat stres. Ujung-ujungnya, mampir ke night club, duduk di bar dan bersiap terbang' bersama alkohol diiringi hentakan musik elektronik menjadi sebuah solusi menarik dalam mencari ketenangan yang diangankan, walaupun pada awalnya dianggap sebagai ritual hang out yang mengasyikan.

Akan tetapi, tidak ada salahnya mabuk-mabukan selama tidak merugikan orang lain. Misalnya lupa memberi ucapan selamat ulang tahun pada orang tercinta karena sedang teler, aha.. it sounds familiar! Atau siapa tahu gara-gara mabuk, Anda justru tanpa sadar berhasil menyatakan cinta pada seorang rekan yang kebetulan turut serta menemani Anda tenggelam dalam minuman keras berlatar belakang dentuman melodi mesin. Congratulation!

Akhir kata, kehidupan memang seperti air laut yang ada pasang-surutnya. Kadang beruntung tapi suatu saat bisa buntung. Pastinya apapun yang terjadi dalam kehidupan, bagi saya hidup ini patut disyukuri dan dirayakan!

Let's celebrate our life with full of joy and happiness! + alcohol (if you want to). ;D






Minggu, 05 Juli 2009

Starting A New Happy Day


Hai semua!

Dua orang teman baik pernah berkata kepada saya, "Kalau kamu suka menulis, jangan pernah berhenti melakukannya! Kamu bisa bikin sendiri di manapun kamu mau!" Yup, I got it! Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu saya untuk menjadi seorang blogger. Awalnya saya tidak begitu tertarik. Namun, lama-lama saya berpikir, hmm.. tidak ada salahnya menyalurkan kesukaan saya dalam hal yang satu ini.

Sejak duduk di bangku SMA, saya berminat menjadi anak jurusan Bahasa. Di sekolah saya yang muridnya perempuan semua, siswi-siswi di jurusan ini dikenal sebagai "Si tukang huran-hura", sehingga dianggap kalah bergengsi jika dibandingan anak IPA yang umumnya berpredikat sebagai "Si anak pintar" karena bergaul dengan tabung reaksi, peralatan lab, sampai Sin Tan Cos dengan simbol-simbol alfa , beta, gama.

Apa mau dikata... saat itu saya seperti makan buah simalakama! Punya nilai jelek, sudah pasti dimarahi karena dianggap tidak bertanggung jawab. Akan tetapi jika punya nilai bagus, pasti akan diarahkan untuk masuk jurusan yang saya suka meskipun jurusan ini memang menghasilkan lulusan yang umumnya memiliki pekerjaan yang notabene bisa 'disambi'. Lain dengan 2 jurusan lain yang bisa berdiri sendiri dan memiliki karir panjang.

Intinya, ada pada si anak!
Maukah ia melakukan yang diharapkan oleh orang lain? Berminatkah ia dengan segala harapan dan impian yang dicita-citakan oleh orang lain? Dan yang terkhir, yang menurut saya paling penting : apakah KEMAMPUAN dan MINAT yang dimiliki si anak memang sesuai dengan 'cita-cita harapan' karya orang lain?

Bagaimana jika si anak bilang :
"Saya tidak bodoh! Saya hanya kurang menyukai bidang pekerjaan yang diharapkan untuk saya. Saya tahu apa yang menjadi minat saya dan kemana harus melangkah. Saya hanya butuh diberikan kesempatan untuk melakukannya."

Selain pada si anak, ternyata ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan, yaitu lingkungan tempat Anda berada. Keinginan sih boleh-boleh saja, namun tanpa didukung penerimaan terutama level selera serta pengetahuan dari rekan-rekan di sekitar, yah..maaf kata.. sama saja bohong.
Ibarat seseorang membeli sepatu karena ia hanya tahu jika sepatu tersebut mahal dan merek bergengsi. Tapi apa esensi serta nilai-nilai di balik sepatu tersebut sudah tidak dipedulikan lagi?
"Emang gwe pikirin itu sepatu dari kulit baby aligator kek, hand made kek, dengan manik-manik halus buatan Jepang kek, bodo! Yang penting duit gwe banyak. Gwe mau gaya dan bisa terlihat keren. Cocok dengan status sosial. " - beginilah kalimat yang saya kutip dari seseorang rekan penggila belanja yang pernah saya temui.
Komentar saya sambil bercanda dengannya " Sumpeh loe?? Ya terserah sih, itu kan duit kamu, ya hak kamu mau dipake untuk apapun. Tapi.. kasihan deh loe! hahahaha..."

Bila bertanya-tanya mengenai dukungan, ayah saya pernah berkata, "Life is hard. Sometimes when you need a support from others, what you can find is no one besides you!"
Menyedihkan? Menurut saya tidak, sama sekali tidak!
Saya memiliki penafsiran tersendiri tentang hal ini, yaitu dalam sebuah perjalanan kehidupan kita harus punya motivasi dari dalam diri sendiri. Tentu saja supaya hidup ini lebih bermakna, lebih berwarna, dan senantiasa penuh semangat serta cita-cita.

Satu hal yang pasti, setiap orang memiliki 100% hak asasi untuk menentukan apa yang ingin ia lakukan dalam hidupnya. Ingin menjadi seorang insinyur, ilmuwan, dokter, pengacara, arsitek, tukang masak, tukang jahit, pengusaha, pemain musik, olahragawan, ketua gank motor gede, penyanyi rock, penulis, penyair bahkan hanya menjadi ibu rumah tangga karena puji Tuhan bertemu dengan pasangan yang sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup lebih dari cukup. Semuanya sah-sah saja untuk dijadikan sebuah profesi selama dilakukan dengan tanggung jawab dan tetap berpikir realistis. The world is big and full of opportunity. But one thing for sure, you CAN NOT win them all! Be realistic.. if the thing that you do isn't give you a long lasting secure future then it's time to get smart! Find another thing that makes you truly satisfied in both passion and future financial plan. I don't teach you to be a materialistic man.. but yes, we are not naive if we say we need money to live our life no matter what profession that we do.

Saat ini, kalau ada salah satu dari Anda yang saat ini sedang 'terpaksa' dalam menjalankan sebuah peran dalam kehidupan, segeralah 'bangun'!!! Buatlah rencana serta keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dalam hidup. Tentu saja, akan lebih baik bila hal itu adalah sesuatu yang telah menjadi minat terbesar dan cita-cita Anda. Apalagi jika Anda telah memiliki latar belakang pendidikan yang mendukung profesi tersebut. You are very lucky, so don't waste it!

Jangan pernah takut bila hal itu ternyata jauh berbeda dari apa yang diharapkan orang lain kepada Anda karena tidak ada satupun profesi yang mudah di dunia ini, semuanya membutuhkan keahlian tertentu. Apa salahnya memiliki sesuatu yang berbeda dan unik?
Singkat kata, jika Anda YAKIN dengan apa yang harus dilakukan untuk mengisi hidup sebelum benar-benar menutup mata untuk selamanya, mengapa harus ragu? Kalau orang Betawi bilang " Hajar, bleh! hahaha.. "

Friday, 26 August 2011
Well.... as time goes by .. I learn a lot of social attitude and get the point about something that I had missed. I thought it's just a simple and ordinary thing. Damn.. it's not a simple and ordinary thing! It's the best thing that everybody are looking for. They want to achieve it but only several people with good deeds, good heated and.. have a willingness to do it in good way who got it.
So,, you can combine this kind of talent with formal activities and that makes your positioning becomes better. Voila, c'est tout! Gear up...gear up...gear up.... !!!! But, it depends on yourself. How strong your body could stand for work and how clever yourself organize a lot of activity that you wanted.


Jadi, apa rencana Anda untuk menikmati hari ini? Have a great day!

Musical Time: Let's Learning!

Music has been part of my life since I was young, Everyday I wake up with music and also go to bed with music, Just like an a...