Minggu, 02 Mei 2010

SIZE REALLY DOESN'T MATTER!



Kecil bukan berarti tak berdaya. Tidak punya apa-apa bukan berarti tukang minta-minta. Inilah kesan yang saya dapatkan setelah lima hari menelusuri Singapura. Negara yang berdurasi sekitar satu jam penerbangan dari negeri kita tercinta Indonesia, boleh dinyatakan sebagai salah satu negara maju yang terletak di wilayah Asia Tenggara. Jika dilihat dari luasnya, negara Singapura tidak lebih besar daripada kota Jakarta. Hal ini pula yang membuat para penduduk ’memanggil’ negaranya sebagai kota Singapura. Negara bekas jajahan Inggris ini tidak memiliki suku bangsa asli dan tidak memiliki banyak sumber daya alam. Akan tetapi, kegigihan penduduknya untuk memerangi keterbatasan sumber daya dengan cara taat aturan dan giat bekerja sangat patut diacungi jempol.

Dalam hal disiplin dan giat bekerja, Singapura ’mengaum’ layaknya simbol singa duyung Merlion yang menjadi kebanggaan mereka. Tak heran, bila kerja keras penduduk untuk senantiasa berinovasi membangun negara berhasil menarik perhatian banyak orang dari negara lain untuk menjelajah negara kecil yang penuh dinamika ini. Mulai dari pendatang yang ingin bekerja, para investor asing, pelajar asing yang ingin belajar di sekolah dan universitasnya yang berkualitas hingga para wisatawan yang datang untuk melepas penat dan haus menikmati surga belanja.

Minimnya sumber daya alam di Singapura tidak membuat negara ini lantas menjadi negara ’pengemis’. Sebut saja air minum yang merupakan kebutuhan esensial namun ketersediaannya boleh dibilang hampir tidak ada. Singapura harus mengimport dari Malaysia, Indonesia dan beberapa negara Eropa untuk memenuhinya. Namun demikian, negara ini tetap berusaha mandiri dengan membangun sebuah waduk pengolahan air laut, Marina Barrage, untuk memberi minum rakyatnya. Rasa airnya memang agak tawar, berbeda dengan air mineral dari pegunungan. Namun, hasil air yang diolah di Marina Barrage diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pelepas dahaga bagi seluruh penduduk hingga nantinya bisa mengurangi import air minum dari negara lain.

Penggunaan peralatan serba komputer dan penggunaan internet yang mengoptimalkan efisiensi serta mempercepat kinerja sudah menjadi gaya hidup para warga baik yang tua maupun muda. Sarana transportasi umum juga dibuat memadai dengan teknologi canggih sehingga memudahkan penduduk bergerak untuk beraktivitas. Ada MRT (Mass Rapid Transit) dan monorail bagi yang ingin cepat sampai tujuan, bus serta taxi bagi yang ingin bepergian sambil menikmati keindahan kota. Sistem pembayarannya bisa memakai uang tunai maupun menggunakan kartu yang dapat diisi ulang seperti membeli pulsa telepon. Menariknya lagi, Singapura memiliki mesin menyerupai ATM yang khusus dibuat untuk membayar berbagai tagihan mulai dari kartu kredit, listrik, telpon, hingga membeli tiket bioskop dan konser. Ini semua berkat pemanfaatan ilmu teknologi informasi yang telah diintegrasikan dengan baik. Bravo!

Sosok negara yang maju jelas telah ada di dalam genggaman Singapura. Namun, kehidupan dengan aneka fasilitas modern membuat rakyatnya mau-tidak mau dibombardir oleh surat tagihan pembayaran ini dan itu yang tak mungkin dilunasi tanpa bekerja. Orang berusia lanjutpun masih sadar diri melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan demi mendapatkan penghasilan. Maka jangan heran, bila kultur kerja di negara ini sangat mengutamakan efisiensi plus orang-orang yang serius serta kurang murah senyum. Jika suatu hari Anda mengunjungi rumah makan atau toko kemudian memperoleh pelayanan yang kurang ramah tidak seperti di Indonesia, ya maklum saja... itulah Singapura!

Keadaan negara yang ’money demanding’ mulai dari pajak hingga denda juga menjadi salah satu penyebab Singapura tidak memiliki banyak seniman. Menjadi musisi, sutradara, penari, aktor, aktris, pelukis dan penulis merupakan hal yang mustahil dilakukan bagi sebagian besar penduduk mengingat beban keuangan yang harus ditanggung setiap bulan. Namun demikian, lagi-lagi keterbatasan ini sukses ’ditumpas’ oleh pemerintah Singapura dengan cara membangun berbagai sekolah seni dan desain yang kerap dilirik pelajar asing hingga sebuah tempat pertunjukan artistik dengan sound system memadai, yaitu Esplanade. Bisa ditebak siapa yang berlaga di tempat ini. Yup, para seniman internasional! Green Day, Coldplay, Carlos Santana, Rihanna, Andrea Bocelli, mereka datang menghibur rakyat Singapura. Bahkan, tak jarang penduduk dari negara kita turut ’terbang’ ke tempat ini untuk menikmati hiburan. What a smart strategy!

Lalu apalagi yang menarik dari Singapura selain sikap disiplin serta usaha mereka dalam memerangi keterbatasan ini-itu yang patut diacungi jempol? Ada berbagai tempat yang bisa menjadi destinasi favorit untuk melepas penat. Cobalah naik wahana Singapore Flyer ’si roda observasi raksasa’ yang akan membawa Anda menikmati panorama kota hingga ketinggian 165 meter selama 30 menit. Bagi yang menyukai laut dan pantai bisa berkunjung ke pulau Sentosa naik bus, MRT atau monorail. Di pulau ini silahkan menikmati Underwater World, Universal Studio, Casino, berenang di pantai dan mencoba berbagai permainan outdoor dengan peralatan ramah lingkungan.

Kunjungi pula Little India, China Town, Bugis dan Arab Street untuk mengenal etnis-etnis yang menjadi penduduk Singapura diwaktu lampau hingga kini. Menikmati hentakan musik di bar dengan aneka hidangan lezat di Clarke Quay dan Boat Quay juga bisa menjadi pilihan menarik untuk dikunjungi bersama kekasih atau para sahabat di malam minggu. Terakhir, menjelajah hamparan surga belanja di Orchard Road sudah pasti menjadi momen yang dinantikan bagi para shopaholic dan pecinta produk keluaran rumah mode ternama dunia. Deretan pusat perbelanjaan megah di tempat ini akan membuat Anda ingin mendatanginya satu per satu hingga tak peduli dengan kaki yang lelah alias shop till you drop! Pesan saya, hati-hati jangan sampai overspending!

Akhir kata, cerita tentang uniknya Singapura tidak akan cukup diungkapkan dengan kata-kata seperti halnya mendeskripsikan keindahan Indonesia yang kaya budaya. Keberhasilan Singapura dalam mewujudkan negara yang modern ini dapat menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia yang berkelimpahan sumber daya serta budaya agar lebih giat bekerja sehingga dapat beralih menjadi negara maju. Tak perlu salahkan pemerintah atau siapapun juga. Mulailah dari diri sendiri. Giat bekerja dan disiplin untuk kemajuan pribadi maupun negara tetapi tetap ramah serta murah senyum karena negara kita memiliki banyak kebudayaan yang menjujung tinggi nilai sopan santun.

Kemajuan sebuah negara tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya luas wilayah. Kemajuan sebuah negara bisa dicapai bila rakyatnya memiliki kesadaran untuk rajin bekerja dan sikap disiplin taat aturan. Menurut saya, bekerja tidak hanya berarti untuk mendapatkan penghasilan saja. Bekerja turut memiliki arti bahwa Anda menghargai diri sendiri dengan cara berkarya. Jadilah orang yang produktif dan cintailah pekerjaan Anda. Tapi, jangan lupa menikmati hidup! Jalan-jalan menelusuri ribuan tempat eksotik di negeri sendiri hingga ke luar negeri seperti ke Singapura bisa dijadikan aktivitas untuk menyegarkan pikiran.

Just keep up the good work and have a great traveling time!






Musical Time: Let's Learning!

Music has been part of my life since I was young, Everyday I wake up with music and also go to bed with music, Just like an a...