Rabu, 26 Desember 2018

Mengalahkan Rasa Takut di Wayag

Wayag, Raja Ampat. Sumber: Dok. Pribadi
Tak hanya menarik untuk menyelam, di Raja Ampat Anda bisa bertualang penuh kesan dengan beragam aktivitas. Di laut atau di darat, everything is here!

Berkunjung ke Teluk Kabui yang penuh tebing karst menyerupai film Avatar bisa dilakukan sambil melihat Batu Pensil dan Batu Wajah yang ikonik. Mendaki bukit bisa dilakukan di pulau Piaynemo dengan pemandangan hamparan Bukit Bintang lalu menjelajah hidden bay pulau Sasukarures. Suka tantangan? Bersiaplah memacu adrenalin dengan memanjat bukit karang di pulau Wayag!

Menginap di Doberai Private Island membuat saya lebih mudah mejelajah Raja Ampat sebab letaknya strategis di pulau Urai. Selain pantai pulau Urai juga sangat indah, di tempat ini juga menawarkan beragam fasilitas yang membuat nyaman seperti penginapan Deluxe Resort ber-AC, Eco Resort yang alami, sewa kapal, hingga booking pemandu serta sewa alat menyelam.

Bangun pagi dari Deluxe Resort, pulau Urai tempat menginap, saya bisa langsung melihat pantai lantas menikmati udaranya yang segar. Suara deburan ombak laut sangat membuat rileks dan tentu hal ini yang saya cari saat berlibur. Tenang, damai bebas gangguan ditambah signal telepon seluler yang nyaris tiada membantu menjauhkan saya dari pekerjaan.

Penulis di Pantai Pulau Urai. Sumber: Dok. Pribadi
Batu Pensil di Teluk Kabui Difoto dengan Drone. Sumber: Dok. Pribadi
Pulau Piaynemo Difoto dengan Drone. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis di Piaynemo. Sumber: Dok Pribadi
No Matter How Far I Go, Indonesia is Always in My Heart. 
Penulis di Pantai tersembunyi Pulau Sasukarures. Sumber: Dok. Pribadi
Lanjut, Pulau Wayag merupakan salah satu ikon wisata di Raja Ampat yang merupakan perbukitan karang. Tempat ini berjarak cukup jauh dari pulau Urai, tempat saya menginap. Sekitar 3-4 jam perjalanan ditempuh dengan speedboat hingga melewati laut Halmahera.

Kegiatan lain yang bisa dilakukan selain memanjat bukit karang, yaitu: snorkeling, bermain dan memberi makan ikan hiu, dan mengunjungi kampung nelayan Selpele.
Penulis Saat Berlayar Menuju Wayag. Let's sail away! Sumber: Dok. Pribadi
Pada artikel ini saya akan menceritakan serunya mengalahkan rasa takut di Wayag. Petualangan dimulai dari tantangan memanjat bukit karang lalu bermain dan memberi makan ikan hiu. 

Terdapat dua puncak Wayag, yaitu bukit karang berketinggian 80 meter dan 100 meter. Pada saat saya berkunjung, bukit berketinggian 100 meter sedang penuh dikunjungi turis. Akhirnya, saya dan rekan-rekan memutuskan untuk memanjat bukit berketinggian 80 meter.

Area panjat terjal dengan kemiringan nyaris 90 derajat. Sempat bertanya-tanya apakah saya mampu mencapai puncaknya atau tidak. Namun demikian, saya hilangkan keraguan dan mencoba menaklukan rasa takut itu. Testimoni pengunjung yang telah mencapai puncak mengatakan pemandangannya indah sekali. You never know until you try. So, I try!
Langkah Pertama Naik Tangga. Selanjutnya Memanjat Sampai Puncak. Are You Ready?
Sumber: Dok. Pribadi
Bila hendak kemari, Anda dapat mengikuti persiapan berikut. Pertama, siapkan fisik dan menta agar memanjat dengan kondisi sehat. Kedua, pakai perlengkapan ini: topi, kacamata hitam, dan krim tabir surya sebab suhu udara panas terik. Baju berlengan panjang atau jaket tipis juga bisa dikenakan. 

Ketiga, pakailah sepatu dan celana panjang agar kaki nyaman melangkah dan tidak luka terkena karang tajam. Keempat, pakai sarung tangan sebab bukitnya curam hingga membutuhkan bantuan tangan untuk meraih karang sebagai pegangan. Kelima, memanjat dengan posisi tubuh seperti merayap saat naik maupun turun bukit.

Perjalanan ke puncak Wayag membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Setiap rombongan pemanjat ditemani pemandu lokal. Pemandu ini membantu membawakan tas dan barang pengunjung serta mengawasi jalur panjat. Jalur yang sempit dan curam membuat pengunjung yang ingin naik atau turun harus bergantian agar tidak terjatuh. 

Yang membuat saya takjub adalah para pemandu lokal di sini mendaki tanpa sarung tangan dan sepatu. Pemandu bisa memanjat sanagt cepat hingga tiba di puncak lebih dulu. Seolah-olah kaki mereka tidak sakit saat menginjak batu karang tajam. Luar biasa!
Penulis Memanjat di Wayag. Sumber: Dok. Pribadi
Biarpun Panas Tapi Tetap Semangat! Sumber: Dok. Pribadi
Tiba di puncak Wayag, rasanya senang sekali. Tantangan memanjat bukit karang berhasil ditaklukan. Dari puncak, ada dua sisi pemandangan. Yang satu adalah panorama bukit-bukit karang kehitaman meyembul di antara laut biru. Yang satu lagi pemandangan pulau-pulau hijau. Cukup unik, meskipun panas menyengat tetap banyak tanaman hijau tumbuh di sini. 

Berfoto di puncak adalah wajib setelah bersusah-payah memanjat. Area puncak tidak luas sehingga harus hati-hati melangkah. Waktu yang diberikan untuk menikmati pemandangan dari sini tidak lama karena harus bergantian dengan pengunjung lain.
Eksotika Wayag Difoto Dengan Drone. Wonderful Indonesia! Sumber: Dok. Pribadi

Hore! Saya Sampai di Puncak Wayag. Love Indonesia! Sumber: Dok. Pribadi
Penulis Di Puncak Wayag Bersama Guide. Sumber: Dok. Pribadi
Di Puncak Wayag Berlatar Kepulauan Hijau. Sumber: Dok. Pribadi
Tantangan berikutnya menuruni bukit karang. Bagi yang agak takut ketinggian dapat menuruni bukit dengan posisi badan menghadap bebatuan agar tak langsung melihat ke bawah. Selain itu, posisi badan seperti ini membuat mudah melangkah memilih bebatuan yang mantap diinjak. 

Selesai menuruni bukit, saya dan rekan-rekan beralih ke wilayah pantai yang bening dan landai. Di sepanjang pantai terdapat ikan-ikan hiu yang berenang hilir mudik. Agenda saya di sini adalah memberi makan ikan hiu dan bermain bersama mereka. Awalnya, saya ragu apakah berani melakukannya mengingat ikan hiu adalah hewan buas. 

Makanan hiu yang berupa ikan-ikan mati telah disiapkan. Umpan ini dibuang di pantai agar hiu-hiu datang menghampiri. Jenis hiu di sini adalah hiu karang (black tip shark) yang tergolong fauna langka. Ciri utamanya adalah memiliki tanda hitam di sirip punggung dan ekornya.
Hiu Karang di Pantai Wayag. Sumber: Dok. Pribadi
Adalah pengalaman yang tak terlupakan saat saya mulai membuang umpan di pantai lantas hiu karang satu per satu datang menghampiri. Hiu-hiu ini ternyata tidak menyerang manusia, hewan eksotik ini hanya mengejar makanan kesukaannya yaitu ikan.
Not All Savage Things in The World Are Bad. Let's Play With Sharks! Sumber: Dok. Pribadi
Me with Big Mama Shark! Sumber: Dok. Pribadi
Ternyata tidak semua hal liar di dunia ini adalah buruk. Bila memahami bagaimana cara menanganinya maka segala suatu akan berjalan baik dan menyenangkan. Seperti bukit karang tajam yang saya pikir mustahil dipanjat ternyata saya mampu sampai di puncak. Hiu-hiu Wayag yang awalnya saya kira menyeramkan ternyata bersahabat. 

Menjelang akhir tahun 2018 ini, turut saya ucapkan selamat natal bagi yang merayakan dan selamat tahun baru 2019 untuk para pembaca. Seperti telah diketahui tahun 2019 adalah tahun politik, saya harap kita tetap positif memelihara kesatuan NKRI dalam sikap maupun tulisan. Semoga tahun 2019 menjadi tahun yang penuh visi misi dan bebas rasa takut untuk memilih bagi kita semua. 
Bermain Bersama Ikan Hiu Difoto Dengan Drone. Sumber: Dok. Pribadi
So, mungkin suatu hari nanti Anda mau mencoba mengalahkan rasa takut di Pulau Wayag? Try it and find yourself conquer all that fear! 

Kemanapun Anda pergi, saya ucapkan selamat berlibur menikmati akhir tahun 2018. Bon voyage!




Catatan:
Artikel dengan foto-foto perjalanan penulis selengkapnya dapat dilihat pada blog Kompasiana: https://www.kompasiana.com/aytravel

Artikel ini merupakan Trilogy Travel Story penulis saat menjelajah Raja Ampat, Papua Barat. Jangan lupa baca artikel lainnya ya! =)

Suka dengan artikel ini? Silahkan bagikan ke teman yang suka jalan-jalan.

Ikuti Instagram penulis di: @ayuliqui

Free Your Mind and Be Happy Because Passion Never Let You Down!
Follow My Instagram: @ayuliqui. Thanks for Reading! xoxo


Terpikat Piaynemo dan Laut Raja Ampat

Piaynemo, Raja Ampat. Sumber: Dok. Pribadi
Berkunjung ke pulau Piaynemo merupakan agenda wajib saat menjelajah Raja Ampat-Papua Barat. Pulau ini terletak di Desa Pam, Kecamatan Waigeo Barat. Dari Doberai Private Island Pulau Urai tempat saya menginap, Piaynemo berjarak 2-3jam naik speedboat berkekuatan 2x200pk.

Salah satu pertimbangan saya memilih menginap di Doberai Private Island Pulau Urai selain pantainya indah adalah letaknya yang strategis. Jarak tempuh dari sini ke berbagai destinasi kepulauan Raja Ampat tidak terlampau jauh bila dibandingkan dengan menginap di kota Sorong.


Bila menginap di Sorong maka Anda membutuhkan waktu 3-4 jam berlayar ke Piaynemo, tergantung kekuatan mesin speedboat yang dipakai. Jika menginap di pulau Urai maka perjalanan laut lebih singkat dan destinasi yang dikunjungi bisa lebih banyak.
Doberai Private Island Eco Resort, Pulau Urai. Sumber: Dok Pribadi
Di Eco Resort, Anda Dapat Langsung Berenang ke Laut. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis Bersantai Di Eco Resort. Sumber: Dok. Pribadi
Ketersediaan listrik di kepulauan Raja Ampat masih terbatas . Di Doberai Private Island Pulau Urai, listrik mati pukul 07.00 dan akan menyala lagi sekitar pukul 17.00. Oleh sebab itu, jangan lupa mengisi daya peralatan elektronik, seperti smartphone, kamera, power bank dan drone di malam hari. Senter dapat dibawa untuk berjaga-jaga bila hal darurat terjadi.
Eksotika Dermaga Eco Resort Difoto dengan Drone. Sumber: Dok. Pribadi
Lanjut bercerita tentang Piaynemo, pulau ini merupakan pulau bukit karst penuh pepohonan hijau. Mendaki bukit ini mudah sebab telah dibangun anak tangga hingga ke puncak. Sekitar 300an anak tangga kayu siap dijelajahi pengunjung. Pastikan kondisi Anda fit untuk mendaki!
Penulis (Duduk Bertopi Putih) Bersama Rekan-Rekan Traveller di Piaynemo. Sumber: Dok. Pribadi
Menurut masyarakat setempat, Piaynemo berarti sambungan antara kepala dan gagang tombak dalam bahasa Biak. Bila dilihat dari jauh ketika berlayar, Pulau Piaynemo seperti terputus tiga dengan ujung pulau menyerupai mata tombak.
Saat tiba di Piaynemo, jangan lupa berfoto di dermaga sebab pulau ini memiliki dermaga kayu yang rapi beralas air laut biru kehijauan yang bening. Berbagai biota laut bisa Anda lihat dari atas dermaga. Sangat cantik!
Welcome to Piaynemo, Raja Ampat. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis di Dermaga Piaynemo. Sumber: Dok. Pribadi
Cuaca di kepulauan Raja Ampat umumnya sangat panas dan kering. Kemanapun Anda pergi disarankan memakai topi, kacamata hitam, dan krim tabir surya agar mata tidak silau dan kulit tidak terbakar. 

Di puncak Piaynemo, bersiaplah melihat pemandangan spektakuler. Anda akan menyaksikan hamparan bukit karst menjulang di atas laut yang menyebar menyerupai bintang di langit. Oleh sebab itu, jangan heran bila tempat ini turut disebut bukit bintang. Duduklah sejenak dengan tenang menikmati keindahaan alam yang syahdu.
Piaynemo, Raja Ampat. Sumber: Dok. Pribadi
Terpesona Bukit Bintang Piaynemo. Sumber: Dok. Pribadi
Duduk Menikmati Indahnya Pemandangan. Sumber: Dok. Pribadi
Setelah mendaki bukit, Anda bisa mampir ke pulau Sasukarures yang berada di sekitarPiaynemo. Pulau kecil ini merupakan pantai tersembunyi (hidden bay) dengan banyak batuan karst menjulang di tepi pantai. Pulau ini sepi sehingga Anda bisa puas berjalan menelusuri pantai sambil berfoto dengan minim gangguan. Nikmat luar biasa!
Pantai Tersembunyi Berbukit Karst di Pulau Sasukarures. Sumber: Dok Pribadi
Penulis Menjelajah Pantai Sasukarures. Sumber: Dok. Pribadi
Dari pantai tersebunyi dan masih di sekitar Piaynemo, lanjutkan perjalanan menuju pulau hutan bakau. Area ini merupakan konservasi tanaman Mangrove. Pengunjung dapat berjalan mengikuti track. Berfoto di sini tak kalah menarik. Gradasi air laut biru kehijauan berpadu indah dengan akar tunjang bakau liar memberikan pemandangan tropis yang sensasional.
Penulis di Hutan Bakau Piaynemo. Sumber: Dok. Pribadi
Selesai berkeliling di daratan pulau Piaynemo dan sekitarnya, mari berenang dan menyelam! Anda bisa melanjutkan perjalanan ke pulau Sauwandarek. Dibutuhkan sekitar 45menit-1jam berlayar dengan speedboat. Pulau ini terletak di distrik Meos Mansar, Raja Ampat, Papua Barat.

Perairan Sauwandarek terletak di Selat Dampier yang memiliki banyak titik selam yang eksotik. Aktivitas yang bisa dilakukan adalah bersantai di tepi pantai, berenang, snorkeling, dan menyelam (diving). Pastikan Anda membawa peralatan snorkeling/diving yang dibutuhkan. Koordinasikan jauh-jauh hari dengan pihak penginapan bila hendak sewa.

Tip dari saya bila Anda snorkeling, bawalah beberapa keeping biskuit agar ikan-ikan datang mengerumuni Anda. Snorkeling dengan kaki katak (fin) direkomendasikan supaya renang Anda lebih laju tidak terhambat arus. Ikan-ikan yang bisa Anda temui di sini seperti : bat fish, ikan ekor kuning, clown fish (ikan nemo), dan berbagai terumbu karang yang menakjubkan.

Selain di Sauwandarek, saya juga mampir ke Friwen untuk snorkeling. Bagi saya pribadi yang memang senang berenang dan snorkeling, pesona pemandangan laut Raja Ampat super tiada duanya dan sulit dilukiskan dengan kata-kata. Anda harus mencobanya sendiri!
Life is Beautiful! Penulis Menyelam di Sauwandarek. Sumber: Dok. Pribadi
Berenang di Laut yang Bening Bersama Ikan-Ikan. Sumber: Dok. Pribadi
Dari pulau Jawa, untuk mencapai Raja Ampat membutuhkan waktu perjalanan nyaris 12 jam menyerupai waktu bepergian ke Eropa. Yang pasti, saya tidak menyesal menempuhnya. Bahkan, saya merasa bersyukur bisa ke sini dan ingin kembali lagi suatu hari nanti.

Di mata Internasional, Raja Ampat dikenal sebagai salah satu tempat menyelam (diving) terbaik di dunia. Beberapa turis asing yang saya temui, mereka mengetahui tempat ini dari mesin pencari Google. Mereka rela menempuh perjalanan jauh demi menyaksikan alam laut Indonesia.

Nah, bagaimana dengan Anda? Kalau orang asing saja bisa sangat bangga bertamasya di negara kita, apalagi kita sebagai penduduk Indonesia yang memiliki wilayah ini. Nikmati momen tak terlupakan di Raja Ampat yang membuat Anda semakin cinta dengan tanah air Indonesia!




Catatan:    
Artikel dengan foto-foto perjalanan penulis selengkapnya dapat dilihat pada blog Kompasiana: https://www.kompasiana.com/aytravel

Artikel ini merupakan Trilogy Travel Story penulis di Raja Ampat, Papua Barat. Jangan lupa baca artikel selanjutnya ya! =)

Suka dengan artikel ini? Silahkan bagikan ke teman yang suka jalan-jalan.

Ikuti Instagram penulis di: @ayuliqui

Stay Tune for More Exciting Travel Story. Follow my Instagram: @ayuliqui.  Thank You for Reading! 



Selasa, 25 Desember 2018

Tamasya Ke Raja Ampat & Berbagi di Kampung Selpele

Penulis dan Anak-Anak Selpele, Papua Barat yang Penuh Semangat. Sumber: Dok. Pribadi
Tamasya keliling Indonesia tak kalah menarik dengan melancong ke luar negeri. Selain menambah pengetahuan mengenai ragam budaya nusantara, aktivitas ini membuat kita semakin mencintai Indonesia.

Bagi saya pribadi, bepergian tidak hanya untuk menyenangkan diri dan melepas penat dari rutinitas pekerjaan. Namun, bepergian juga merupakan waktu untuk berbagi. Di bulan November 2018, saya beruntung mendapat kesempatan menjelajah Raja Ampat, Papua Barat bersama rekan-rekan.

Raja Ampat termasuk salah satu dari sepuluh destinasi wisata bahari terbaik di dunia (menurut divein.com) dengan pemandangan maritim spektakuler. Bangga sekali menjadi orang Indonesia yang punya destinasi wisata secantik ini!
Dive Site Map. Let's Explore! Sumber: Dok. Pribadi
Untuk mencapai wilayah Raja Ampat, saya menempuh penerbangan dari Jakarta ke Sorong, Papua Barat sekitar 6-7 jam dengan satu kali transit di Makasar, Sulawesi Selatan. Tip bila hendak ke sini, ambilah penerbangan malam agar mendarat esok pagi di Sorong dan bisa langsung menjelajah.

Sampai di Sorong saya lanjut menempuh perjalanan laut, bertolak dari pelabuhan perikanan menuju penginapan di Pulau Urai sekitar 2-3 jam naik speed boat. Pulau Urai terletak strategis di antara destinasi kepulauan Raja Ampat. Saya menginap di Doberai Private Island sebuah resort di pulau hutan lindung seluas 70 hektar.   

Sekilas tentang tempat menginap, Doberai berarti semenanjung menurut bahasa setempat. Berkonsep "full in privacy", keindahan Raja Ampat dinikmati dalam nuansa hening dan bersahabat dengan alam. Ada dua pilihan penginapan, yaitu Eco Resort menghadap pantai tanpa AC dan Deluxe Resort yang ber-AC.
Penulis di Dermaga Doberai Private Island, Pulau Urai. Sumber: Dok. Pribadi
Tempat ini turut menyediakan armada speed boat bagi pengunjung. Bila suka menyelam (diving), Doberai memiliki dive center dilengkapi empat kompresor Bauer dan 12 set perlengkapan menyelam yang dapat disewa.  Tersedia pula kano untuk olah raga air di sekitar pulau.
Penulis Di Pantai Pulau Urai. Sumber: Dok. Pribadi



Siang hari saat tiba di pulau Urai, saya langsung bersantai dan menikmati pemandangan laut di area penginapan yang memesona. Air lautnya jernih biru kehijauan hingga dapat melihat ikan, bintang laut, dan karang dari dermaga. Bermain kano di laut sangat disarankan selain berenang dan menyelam. Luar biasa sensasinya, tak terlupakan!
Penulis (Topi Orange) Bermain Kano di Laut. Sumber: Dok. Pribadi
Menjelang sore, saya berlayar ke Teluk Kabui yang teletak di antara pulau Waigeo dan pulau Gam yang jaraknya tak sampai satu jam dari resort. Pemandangan di Teluk Kabui berupa tebing-tebing karst menjulang dengan hamparan laut biru kehijauan seperti di film Avatar. Sangat indah meski langit sedikit kelabu.

Penduduk setempat turut menyebut tebing sebagai batu. Ada dua batu ikonik di Teluk Kabui. Batu Wajah yang bentuknya menyerupai siluet wajah manusia dengan tumbuhan di puncak tebing seperti rambut dan lekukan sisi batuan menyerupai hidung. Batu Pensil karena tinggi menjulang berujung runcing seperti pensil. Anda dapat singgah berfoto di Batu Pensil sebab dilengkapi dermaga.

Bertamasya di kepulauan Raja Ampat harus memakai speed boat sebab minim jalan darat. Mohon bijak mengatur waktu. Kemanapun Anda menjelajah, kembalilah ke penginapan sebelum matahari terbenam. Bila langit gelap maka nahkoda kapal akan sulit menemukan jalan pulang di antara tebing-tebing karst sebab belum ada fasilitas penerangan di area perairan.
Teluk Kabui, Raja Ampat difoto Dengan Drone. Sumber: Dok. Pribadi.
Batu Pensil, Teluk Kabui-Raja Ampat. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis dan Batu Wajah (Kiri Belakang), Teluk Kabui. Sumber: Dok. Pribadi 
Hari selanjutnya, saya melancong ke Pulau Wayag. Jaraknya 4 jam naik speed boat dari penginapan. Banyak kegiatan bisa dilakukan di sini, seperti: mendaki bukit batu, snorkeling, bermain dan memberi makan ikan hiu di pantai, dan mengunjungi kampung nelayan Selpele.

Pada artikel ini saya akan menceritakan kunjungan ke Kampung Selpele yang sangat berkesan.
"The Big Mama" dan Rumah Nelayan di Kampung Selpele, Wayag-Raja Ampat. Sumber: Dok. Pribadi
Selpele adalah kampung nelayan di sebelah barat Pulau Waigeo, laut Halmahera. Desa kecil ini hanya 200 meter panjangnya membingkai pantai. Penduduknya berasal dari golongan suku Kawe dengan mata pencaharian nelayan dan buruh peternakan mutiara. Sebagian dari warga juga berternak lobster.

Kondisi desa sangat sederhana dan menurut saya butuh uluran tangan banyak pihak. Letaknya yang jauh dari kota membuat ketersediaan bahan infrastruktur dasar, alat trasportasi, dan dukungan pendidikan masih minim untuk warga serta anak-anak. Signal telekomunikasi pun nyaris tidak ada.

Dari Jakarta saya dan rekan-rekan berencana berbagi kasih dengan warga di kampung ini. Mengetahui banyak anak SD yang membutuhkan material edukasi, saya tertarik membantu dengan membagikan buku pelajaran, buku bahasa Inggris, dan beragam alat tulis yang dibawa dari ibukota. Yang jelas, di pulau ini tidak ada toko buku. Semoga bermanfaat mencerdaskan saudara-saudari kecilku.
Indahnya Berbagi dengan Anak-Anak Selpele. Sumber: Dok. Pribadi
Penulis BersamaAnak-Anak Selpele dan Hasil Kerajin Tangan. Sumber: Dok. Pribadi
Anak-anak Selpele juga terampil membuat kerajinan perhiasan seperti gelang dan kalung berbahan kerang. Berbagai keterbatasan infrastruktur di kampung ini ternyata tidak membuat semangat berkreasi mereka surut. Luar biasa optimisnya sehingga tawa ceriapun selalu menghias wajah anak-anak.

Oiya, jangan lupa membeli lobster dari nelayan Selpele. Tersedia beragam ukuran lobster yang dapat dipilih sesuai selera. Penduduk menjualnya sekitar Rp 350.00,00/Kg. Selain membantu penghasilan warga, lobster yang dijual sangat segar sehingga saat dimasak rasa dagingnya legit dan nikmat.

Akhirnya, sampailah pada waktunya pulang. Jarak tempuh yang jauh dari kampung ini ke penginapan membuat saya dan rekan-rekan harus kembali saat siang. Penduduk dan anak-anak mengantar kami hingga ke dermaga berikut lobster-lobster yang dibeli.

Semoga kampung Selpele semakin mendapat perhatian sehingga memiliki taraf hidup lebih maju. Indonesia terdiri dari 17,504 pulau dan masih banyak warga di pulau-pulau terpencil yang membutuhkan uluran tangan. Semangat warga kampung bisa menjadi contoh bagi warga kota. Mereka yang hidup terbatas dan tertinggal bisa tetap optimis serta penuh harapan dalam menjalani hari. Apalagi Anda warga kota, hendaknya bisa lebih bersyukur dan kerja produktif dengan berbagai fasilitas memadai.
Sunset Kemerahan di Timur Indonesia yang Fantastik! Sumber: Dok. Pribadi
Di perjalanan pulang, senang sekali saya mendapat kejutan. Pemandangan matahari terbenam di wilayah Indonesia timur sungguh memesona. Semburat sinar merahnya terlihat dibalik daratan perbukitan dan awan beralas laut berkilau seperti berlian. 

Bonus tak terlupakan dari Sang Pencipta alam semesta yang menghantarkan kami kembali ke penginapan. I shall return. I hope I can see you again!




Catatan:    
Artikel dengan foto-foto perjalanan penulis selengkapnya dapat dilihat pada blog Kompasiana: https://www.kompasiana.com/aytravel

Artikel ini merupakan Trilogy Travel Story penulis saat menjelajah Raja Ampat, Papua Barat. Jangan lupa baca artikel selanjutnya ya! =)

Suka dengan artikel ini? Silahkan bagikan ke teman yang suka jalan-jalan.

Ikuti Instagram penulis di: @ayuliqui


See You in My Next Blog Post. Thanks For Reading! xoxo

Musical Time: Let's Learning!

Music has been part of my life since I was young, Everyday I wake up with music and also go to bed with music, Just like an a...