Jumat, 31 Agustus 2012

Masa Depan? Siapapun Pasti Punya!

.S






Video Clip : Al Jarreau - Take 5 !!!
Recording : Germany TV Broadcast, 1976

 
“Kamu mau melanjutkan kuliah di mana? Sudah tahu mau ambil jurusan apa?”
”Aku mau ke luar negeri, mungkin Prancis. Pengennya sih ambil jurusan perhotelan tapi orang tua maunya aku jadi sarjana teknik! Rencananya, aku mau bekerja lantas menetap di sana seterusnya.”
”Gak mau kembali ke Indonesia?”
”Hmm... gimana ya. Nanti deh aku pikirin lagi mau balik apa gak!”

Sekitar 7 tahun yang lalu di bulan Maret - April, topik pembicaraan ini menjadi tren diantara saya dan teman-teman. Saat itu saya sedang duduk di kelas 3 SMU, menghadapi ujian nasional dan mulai memikirkan kuliah atas nama masa depan. Terlepas dari keinginan pribadi untuk memilih jurusan serta tempat kuliah, di Indonesia, hingga kini umumnya orang tua masih memiliki keterlibatan tinggi dalam mengambil keputusan untuk anak terutama dalam hal studi. Hal ini memang tidak salah, namun tidak menutup kemungkinan dapat menimbulkan dampak yang tak terduga di masa datang.

Contoh dampak tak terduga tersebut yaitu salah jurusan. Si anak menyadari bahwa dirinya salah jurusan saat ia menjalani bidang studi yang disarankan dan untungnya masih memiliki kesempatan untuk pindah ke jurusan yang diinginkan. Atau, setelah lulus lantas menjalani ‘hidup sesungguhnya’ dalam dunia pekerjaan, ia merasa kurang cocok dengan perannya sebagai pekerja yang berhubungan dengan latar belakang studinya sehingga bukannya meraih sukses tapi malah menjadi hilang arah dalam menentukan tujuan hidup. Akan tetapi, ada juga hal lain yang menyebabkan si anak mengurungkan bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Misalnya karena tingkat pendapatan pada suatu industri yang menjadi latar belakang studinya kurang diperhatikan dan memadai, karir yang 'stuck', keterbatasan sumber daya, belum diterimanya suatu penemuan/karya baru dalam masyarakat, dan lain sebagainya.

Pendidikan sangat penting untuk membuat manusia menjadi beradab, kreatif dan produktif. Produktif untuk menghasilkan karya dari kemampuan yang dimiliki dengan cara bekerja. Tentu saja bekerja sesuai dengan keahlian dan talenta yang dimiliki sehingga memberikan hasil gemilang dikemudian hari. Kreatif untuk menghasilkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan jaman sebab kreatifitas adalah sesuatu yang tidak dapat digantikan oleh mesin sampai kapanpun juga. Oleh karena itu, untuk rekan-rekan yang berencana melanjutkan studi S1, S2 maupun S3, kenalilah diri Anda dengan baik. Jangan sampai menjadi ‘korban salah jurusan’ karena menjalani studi tak hanya sekedar mendapatkan ilmu pengetahuan tetapi turut berpengaruh pada sikap mental dan perilaku.

Mau bukti bila studi dan profesi turut berpengaruh pada sikap seseorang? Bila seseorang berprofesi sebagai peneliti, maka ia cenderung akan memiliki sifat yang lebih individual sebab profesi ini menuntutnya bekerja di laboratorium dengan segudang prosedur keselamatan yang ketat dan jauh dari keramaian. Lain lagi dengan seseorang yang berprofesi sebagai pialang saham, ia harus up date dengan kondisi sosial masyarakat dan menjalin komunikasi yang baik dengan klien sehingga membuatnya menjadi sosok yang senang bersosialisasi. Bagi yang berprofesi dibidang seni, misalnya desainer pakaian, bila ingin berhasil maka harus menjadi seseorang yang kreatif, berdaya cipta tinggi, dan bermental wirausaha agar karyanya dapat diterima, dikenal orang lain lantas memberikan pendapatan untuknya.Tidak lagi minta subsidi atau didanai. Usaha sendiri!

Menekuni studi dan profesi sesuai dengan minat akan membuat yang bersangkutan merasa enjoy lalu pada akhirnya bisa mengembangkan ke tingkat yang lebih tinggi. Maka dari itu selain bakat dan kemampuan inteligensia, sifat yang dimiliki seseorang sudah selayaknya turut dipertimbangkan dalam memilihnya. Dalam hal meraih kesuksesan di dunia pekerjaan, sebuah penelitian di Amerika menyatakan bila Emotional Quotient (EQ) lebih berperan penting daripada Intelligence Quotient (IQ), khususnya untuk profesi yang membutuhkan kelihaian dalam berkomunikasi, berelasi dan bekerjasama dengan orang lain. Namun, yang paling utama adalah Anda memiliki keteguhan untuk menekuni bidang yang telah dipilih sebab banyak sekali hal-hal di sekitar yang dapat menjadi penghalang dalam meraih keberhasilan.

Melanjutkan pendidikan di luar negeri adalah hal yang sangat diminati oleh masyarakat Indonesia. Saya sendiripun berharap bisa melakukannya dikemudian hari. Banyak sekali sisi positif yang bisa dipelajari dari negara maju terutama dalam hal etos kerja dan kehidupan bermasyarakat. Meskipun demikian, tempat belajar tidak hanya di sekolah dan universitas! Belajar bisa dilakukan dengan cara mencermati perilaku sosial di lingkungan sekitar di manapun Anda berada, sebuah situasi nyata yang terjadi dengan segala keunikannya yang bukan berasal dari rumus maupun teori.

Sayangnya, banyak rekan-rekan yang menuntut ilmu di luar negeri enggan pulang ke tanah air Indonesia dengan berbagai alasan. Biasanya karena alasan penghasilan yang ditawarkan lebih menarik atau ingin berkarir di negara tempat ia melakukan studi. Sebuah talk show di televisi pun pernah membahas mengenai masalah ini. Ketika sang presenter menanyakan mengapa banyak mahasiswa tidak kembali ke tanah air, si narasumber menjawab “NO future!”
Apa benar Indonesia tidak punya masa depan? Saya tidak percaya! Bagaimana menurut Anda?

Saya ingin mengajak Anda mencermati dari sudut pandang yang lain. Pernahkan terpikir oleh Anda, mengapa mayoritas perusahaan asing dan sekolah internasional yang memiliki cabang di Indonesia tetap memakai sumber daya asal negerinya sendiri untuk duduk di jabatan tertentu? Mengapa bukan orang Indonesia saja, toh banyak orang Indonesia yang lancar berbahasa Inggris, pandai dan lulusan luar negeri? Mereka yang disebut sebagai expatriat telah dipercaya untuk mewakili negaranya. Mereka adalah orang yang memikul jabatan utama pada sebuah institusi negaranya yang berada di negara lain. Dengan kata lain, sebuah tanggung jawab penting sangat jarang diserahkan kepada seseorang yang asing. Sekali lagi bukan orang asing, tetapi orang yang asing Bisa dibayangkan sejauh mana peluang karir yang bisa Anda dapatkan bila memutuskan untuk berkarya di negeri orang.

Untuk itu, bagi rekan-rekan yang saat ini sedang berencana meniti karir di luar negeri atau tidak kembali ke tanah air, kecuali Anda adalah utusan institusi tertentu dari Indonesia, coba pikirkan kembali rencana tersebut. Lihatlah secara jangka panjang, you can be ‘something’ in your own country! Pada awalnya memang dari segi penghasilan jelas jauh berbeda, maklum saja namanya juga negara berkembang. Akan tetapi, jika dapat membuktikan diri Anda adalah seseorang yang dapat bekerja dengan baik dan bisa diandalkan, kesuksesan serta karir cemerlang pada akhirnya akan menjadi milik Anda. Hal ini tentu tak lepas dari restu Yang Maha Kuasa. Yang penting, jangan gampang menyerah! Bila tidak kembali ke negeri sendiri, well, you are still a second citizen! Namun, jika sudah mantap untuk tidak kembali itu pun adalah hak asasi Anda.

Bagi yang sedang kuliah atau bekerja di luar negeri, Anda yang berasal dari Manado tidakkah rindu dengan woku atau ikan cakalang bakar? Anda yang berasal dari Padang, tidakkah kangen dengan rasa pedasnya rendang? Yang dari Jawa, yakin tidak mau mencicipi lagi manisnya gudeg Yogyakarta? Teringat beberapa waktu lalu saya pernah membelikan sebotol sambal, krupuk dan bumbu masakan tradisional pesanan seorang saudara yang tinggal di luar negeri yang kebetulan pulang ke Jakarta. Beberapa rekan saya yang masih melanjutkan studi di negeri seberangpun mengakui jika selalu memiliki Indomie di lemari dapurnya. Aha, ungkapan “You are what you eat” ternyata benar juga dalam hal ini selain dilihat dari sisi kesehatan!

Jadi, masih berpendapat bahwa Indonesia tidak punya masa depan? Jangan!
Indonesia hanyalah nama untuk sebuah negara yang terletak di wilayah Asia Tenggara. Masa depan tidak diciptakan oleh sebuah nama, tapi diciptakan oleh manusia. Manusia yang rajin bekerja, kreatif dan inovatif berapapun penghasilan yang didapatkan baik untuk kemajuan pribadi maupun negara. Masa depan itu adalah ANDA.
Kalau boleh saya menyarankan, pergilah untuk kembali. Selamat belajar dan bekerja, keep up the good work and good luck! Bekerja di mana saja terserah Anda. Bikin sendiri, belajar dengan orang lain dahulu, belajar dengan rekan perusahaan asing, terseraaaahhh......Yang penting berkontribusi bagi lingkungan dan tentu saja diri sendiri. Life do cost a thing. No need to be naive, that is the reality of life.

At last,, nothing is secret. Everybody knows it, my friends know it, my parents also know it.
You want to be a success person then you must study and take the RIGHT MAJOR that you like.
1 major, 2 majors, 3 majors, 4majors, 5 majors,
it's  up to you!
Just take 5 if you want to, just like Al Jarreau said.
As long as you can manage it well, it's your money, it's your brain, and it's your responsibility. No body has right to give any criticism to somebody talented.Jealousy will drag yourself to an awful self-sickness! 

Memangnya dia minta duit Anda untuk kuliah? Dia minta duit Anda untuk les piano atau biola atau melukis atau les karate atau les golf atau les photografi? Tidak kan.... Jadi dia tidak memiliki kewajiban apapun pada Anda dan Ia bebas melakukan apapun yang diyakininya.
Lain cerita jika Anda yang bayarin dia sekolah, rumah, transport, dll, nah silahkan tagih kewajiban dia.

Daripada Anda rajin mengkritisi seperti keledai dungu yang bergerak sesuka hati namun lupa memperhitungkan ketersediaan sumber daya serta keadaan lingkungan, mendingan cari kursus untuk mengembangkan diri sesuai bakat sehingga sama-sama lebih pandai dan dapat bersaing secara sehat untuk kemajuan bersama. Yang belajar aja masih suka salah. Apalagi kalau hanya feeling so good atau tebak-tebak buah manggis?? Siapa yang mau percaya sama orang sotoy tahun 2012... kagak ada lagi, bro!
Masih juga senang mengkritik dan bikin orang lain sakit hati? Well,, mungkin itu adalah salah satu bakat Anda dari Yang Maha Esa. So,, emangnya gwe pikirinn! Bodo amat! Gwe mau ketawa-ketawa sama temen menikmati indahnya dunia...    Bye!


Mau maju?? Please mind your behaviour, do healthy competition, and hopefully be well-educated person.
Yes, big effort and not easy!

Success is never one single happening like you've got A+ for your study. It is a long journey in life to be enjoyed

I love you, guys... just call me when you are come back, BACK FOR GOOD!



JAKARTA, 30 Maret 2010
AYU SAPTARIKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Musical Time: Let's Learning!

Music has been part of my life since I was young, Everyday I wake up with music and also go to bed with music, Just like an a...