Sabtu, 09 Desember 2017

The Trail of Adventurous Pilgrims (Part 2) : Europe 2017


Hello! Bertemu lagi di “The Trail of Adventurous Pilgrims (Part 2)” yang merupakan cerita perjalanan saya ke Eropa untuk kedua kalinya. Rute kali ini berbeda meski ada beberapa negara dikunjungi lagi. Maksud bepergian untuk penyegaran rohani dan petualangan pribadi. Perjalanan ini dilakukan selama 14 hari bersama tour. Cukup banyak destinasi yang saya datangi di kesempatan ini.


Portugal, Lisbon adalah kota pertama saya singgah. Dari situ, saya lanjut road trip dengan bus ke utara masuk negara Spanyol melalui kota Vigo lantas bermalam di Santiago de Compostela. Selanjutnya, saya berkendara melewati kota León dan singgah di wilayah Burgos. Dari Burgos saya menuju selatan mengunjungi kota benteng bernama Avila, kemudian bermalam di Madrid. Ke arah utara timur melewati Zaragoza dari Madrid, lantas singgah di Barcelona serta mengunjungi Montserrat. Dari Barcelona, saya pindah ke negara Prancis untuk singgah di Lourdes selama 2 malam dan keesokannya berkendara ke kota Toulous untuk mengambil penerbangan domestik menuju Roma dengan maskapai Alitalia. Italia merupakan destinasi terakhir saya sebelum pulang ke Jakarta.

Jakarta – Dubai – Lisbon, Fatima  (8 – 9 Oct 1N flight, 9- 11 Oct, 2N Portugal)
Perjalanan dari Jakarta ke Lisbon cukup panjang, sekitar 16 jam terbang. Jakarta – Dubai ditempuh 8 jam, lalu Dubai – Lisbon sekitar 8 jam lagi. Cukup melelahkan. Dari Jakarta kami mengambil penerbangan tengah malam sehingga sampai di Lisbon siang hari supaya dapat langsung berkeliling.
Kota Lisbon, Portugal
Destinasi pertama saya di Lisbon adalah ke St. Jeronimo Monastery. Tempat ini merupakan biara dan gereja Santo Hieronimus dimana terdapat makam pelaut Portugis bernama Vasco da Gama. Santo Hieronimus adalah seorang teolog, sejarahwan, ahli bahasa, dan penulis. Ia menterjemahkan kitab injil ke dalam bahasa latin yang disebut dengan karya vulgata. Selain membuat naskah tersebut, ia juga menghasilkan banyak karya tulis lain yang menginspirasi masyarakat untuk hidup berlandaskan moral Kristiani yang universal.
Penulis di Depan St. Jeronimo Monastery, Lisbon
Tampilan Gereja St. Jeronimo yang Bergaya Manuelin, Lisbon
Makam Pelaut Vasco Da Gama di Dalam Biara Jeronimo, Lisbon

Arsitektur Biara Jeronimo didesain dengan gaya khas Portugis abad ke-16 yang disebut manuelin. Manuelin mengkombinasikan gaya gothic seperti pada Katedral Duomo Milan dengan nuansa maritim yang terinspirasi perjalanan Vasco da Gama saat menjelajah Afrika dan Asia. Material bangunan dibuat dari batu gamping (lime stone). Selain biara, terdapat Menara Belém yang merupakan benteng pertahanan dimulut sungai Targus yang juga bergaya manuelin. Kedua bangunan dinobatkan sebagai situs warisan budaya oleh UNESCO. Jalan sedikit menjauh dari menara, terdapat monumen “Padrão dos Descobrimentos” yang merupakan titik di mana Vasco da Gama mulai berlayar dari sungai Targus mengarungi samudera Atlantik. 
Menara Belem dengan Arsitektur Bergaya Manuelin, Lisbon
Monumen Padrao dos Descobrimentos, Lisbon

Hari selanjutnya di Portugal, saya berkunjung ke Fatima seharian untuk kegiatan rohani. Tempat ini 123 km jauhnya dari Lisbon. Fatima merupakan tempat penampakan Bunda Maria kepada tiga orang anak, yaitu Jacinta, Lucia, dan Fransisco pada tahun 1917. Tahun 2017 merupakan peringatan 100 tahun penampakan Bunda Rosario. Hal ini pula yang menjadi alasan saya melakukan perjalanan ke sini. Para peziarah dari seluruh dunia ramai datang ke Fatima untuk memperingatinya dengan doa Rosario bersama dan melakukan prosesi lilin malam hari. 
Fatima, Portugal

Fatima – Vigo, Santiago de Compostela, Spanyol (11- 13 Oct, 1N Santiago de Compostela)
Pagi hari dari Fatima, saya lanjutkan perjalanan ke Santiago de Compostela melalui kota Vigo. Sebelum memulai perjalanan, saya sempatkan berkeliling di sekitar hotel. Portugal merupakan salah satu negara yang punya tim dan atlet sepak bola unggulan. Tepat di depan hotel terdapat lapangan sepak bola yang saat itu ramai dipakai siswa sekolah menengah. Olah raga ini ternyata bukan sekedar hobi di sini, namun merupakan pekerjaan profesional dengan karir serius dan menjanjikan. Tak heran bila aktivitas ini sudah dipupuk sejak muda untuk mencetak atlet profesional dan berdaya saing tinggi, seperti Cristiano Ronaldo yang kini bermain untuk club Real Madrid.
Lapangan Bola yang Dipakai Para Siswa untuk Berlatih, Portugal
Lanjut ke kota Vigo, kota ini merupakan pelabuhan transit di wilayah Galicia, Spanyol. Di sini terlihat banyak peti – peti kemas terparkir di area pesisir pantai. Kuliner di kota Vigo adalah rangkaian menu makanan laut, seperti : sup ikan udang, roti gandum, ikan bakar dengan kentang sebagai menu utama, dan cake cokelat sebagai hidangan penutup. Hmm.. sedap!
Kota Vigo sebagai Kota Pelabuhan, Spanyol
Ikan Panggang Kota Vigo. Psst.. Saya Tambahkan Sambal Agar Lebih Lezat!
Banyak jalan menuju Santiago de Compostela seperti halnya banyak jalan menuju Roma. Banyaknya jalan ke tempat ini merupakan arti dari gambar kerang (scallop) bergurat banyak yang menjadi simbol di Compostela. Hewan ini menutupi jasad Santo Yakobus saat kapal yang membawa jenazahnya karam dalam perjalanan dari Spanyol ke Iberian Peninsula (saat ini Santiago de Compostela). Cerita perjuangan peziarah yang menemukan jati dirinya saat berjalan ke Santiago de Compostela turut dikisahkan dengan penuh makna oleh novelis Brazil, Paulo Coelho, dalam bukunya yang berjudul “The Pilgrimage”.
Santiago de Compostela, Spanyol
Santiago de Compostela dikenal sebagai salah satu lokasi ziarah utama bagi umat Kristiani selain Roma. Para peziarah datang ke makam Santiago atau Santo Yakobus dalam berbagai cara. Di tempat ini saya bertemu peziarah yang datang dengan bersepeda dari jauh sekitar 200 Km jaraknya, ada yang berjalan kaki 100 Km, dan ada yang naik pesawat serta bus seperti saya dan rombongan karena nun jauh ribuan kilometer dari benua Asia. 
Peziarah Indonesia Berfoto Bersama Peziarah yang Bersepeda di Santiago de Compostela

Santiago de Compostela – León - Burgos   (13- 14 Oct, 1N Burgos)
Perjalanan berikutnya adalah ke Burgos. Sebelum ke sana, kami mampir dahulu di kota León, tepatnya sebelah utara barat Spanyol. Perjalanan ditempuh cukup jauh sekitar 5 jam dari Santiago de Compostela. Kota León cukup ramai dengan bangunan ikonik di dalamnya, seperti Katedral León dan Casa de Los Botines bergaya neogothic style karya arsitek termasyur asal Spanyol, Antoni Gaudi. Berkeliling kota dengan kereta dapat dilakukan untuk bersantai serta menikmati kota.
Kereta Wisata di Kota Leon
Setelah León, saya transit satu malam di Burgos untuk beristirahat. Keesokan pagi, saya dan rombongan berkunjung ke Cathedral Our Lady Burgos. Bangunan ini mulai didirikan tahun 1221 dan dinobatkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO. Kota Burgos sangat kaya akan bangunan gereja dan biara kuno bergaya gothic yang memukau. 
Penulis di Depan Katedral Burgos, Spanyol
Avilla – Madrid  (14-15, 1N Madrid)
Perjalanan saya berikutnya dari Burgos mengunjungi Avila yang ditempuh sekitar 5 jam berkendara. Kota ini dijuluki sebagai kota Tembok Raksasa karena memiliki 88 menara kastil batu granit cokelat yang mengelilingi kota untuk melindungi masyarakat. Luas kota ini hanya 231,9km2 dengan jumlah penduduk tidak terlalu padat. Salah satu tokoh suci Kristiani yang berasal dari sini adalah Santa Teresa. Festival Santa Teresa rutin diadakan di Avila Plaza Mayor pada bulan Oktober. Oleh sebab itu pada bulan ini Avila cukup ramai pengunjung. Masyarakat dan peziarah menaruh karangan bunga di halaman Plaza Mayor dan di depan patung Santa Teresa sebagai wujud penghormatan.
Gerbang Menara Masuk Avila, Spanyol
Meskipun Avila tidak padat penduduknya, tetaplah berhati – hati menjaga barang bawaan ketika berwisata ke sini. Walaupun sedang asyik berfoto karena tempat ini indah seperti negeri dongeng dan membuat teringat dengan tokoh Rapunsel, waspadalah terhadap tas, dompet, barang belanjaan, dan passport sehingga tidak berpindah ke tangan orang asing.
Penulis di Avila, Spanyol
Selesai dari Avila, siangnya saya lanjut berkendara ke Madrid untuk beristirahat. Saya sampai di kota ini sore hari sehingga masih menyaksikan nuansa meriah perkotaan. Saya melewati area Calle Princesa dan Plaza Carlos Trias Bertrán yang menyuguhkan jejeran pusat perbelanjaan terkemuka seperti El Corte Inglés, pertokoan milik grup usana Inditex asal Spanyol yang merek produknya sudah tak asing lagi seperti : Zara, Massimo Dutti, Stradivarius, Pull & Bear, dan lain – lain. Bila ingin berbelanja aturlah waktu sebaik mungkin sebab pertokoan di Eropa tutup jam 8 malam. 

Di sepanjang jalan Calle Princesa bisa dijumpai aneka kedai kopi serta restoran yang wajib dicoba terutama untuk sajian masakan lokal. Tak jauh dari tempat belanja di Avenue de Concha Espina terdapat salah satu stadion sepak bola termasyur di Madrid, yaitu Stadion Santiago Bernabéu. Bila termasuk penggemar sepak bola dan pecinta tim Real Madrid, jangan lupa berfoto di depan stadion megah ini!
Stadion Santiago Bernabeu by LivingTours.com, Madrid
Madrid – Zaragoza – St. Joan Despi, Barcelona  (15 – 17 Oct, 2N)
Pagi hari dari Madrid, saya lanjutkan perjalanan menuju Barcelona. Namun sebelum tiba di sana, saya melewati wilayah Zaragoza. Zaragoza merupakan daerah bekas kerajaan Aragón sehingga wilayah ini memiliki tata kota unik dengan banyak bangunan tua yang indah dan megah. Kota ini dialiri oleh sungai Ebro, sehingga bila berdiri di jalan raya seberang sungai terlihat pemandangan kota yang antik. 
Zaragoza, Spanyol
Saat saya datang ke sini, Zaragoza sedang ramai – ramainya dikunjungi wisatawan karena sedang berlangsung “Fiestas del Pilar” alias Festival Pilar. Mengapa disebut sebagai festival pilar? Pesta ini digelar di depan Basilica del Pilar yang merupakan tempat ibadah umat Kristiani. Di lapangan basilika terdapat pilar tinggi. Pada area bawah pilar tersebutlah masyarakat menaruh karangan bunga sebagai tanda penghormatan kepada Bunda pelindung saat festival.
Penulis di Basilica del Pilar, Zaragoza
Di seberang pilar basilika terdapat alun – alun kota yang dapat menampung ribuat orang. Alun – alun ini menjadi tempat warga menggelar pesta. Para simpatisan melakukan beragam tarian dan nyanyian di panggung alun – alun kota. Mulai dari group band lokal hingga tari Flamenco dengan pakaian menawan khas Espana disuguhkan di acara meriah ini. Bicara mengenai tari Flamenco, atribut kipas kayu berlukis cantik adalah salah satu benda ikonik para penari. Tentu saja di sini saya tak lupa membeli kipas kayu khas Spanyol yang dipakai penari Flamenco sebagai kenang – kenangan. Setelah selesai dari Zaragoza saya lanjut ke Sant Joan Despi di Barcelona untuk bermalam.  
Kipas Kayu Berlukis yang Dipakai untuk Tari Flamenco

Sant Joan Despi - Montserrat – Barcelona (17 – 19 Oct, 2N)
Sant Joan Despi merupakan area strategis yang terletak antara Montserrat dan kota Barcelona. Keduanya terletak di wilayah otonom Catalonia. Pagi pertama dari St. Joan Despi, saya mulai perjalanan ke Montserrat di untuk bertamu di Basilica Santa Maria de Montserrat Abbey. Perjalanan ke Montserrat dapat ditempuh dengan bus/mobil terlebih dahulu lalu disambung dengan kereta gantung “Aeri de Montserrat” atau kereta lokal “Montserrat Rack Railway”. Saya naik kereta gantung untuk mengunjungi puncak.
Pemandangan Pagi Saat Naik Aeri de Monserrat
Saat naik kereta gantung, udara pagi di Montserrat dingin dengan semburat sinar matahari oranye. Selain itu, cuaca mulai masuk musim gugur sehingga hamparan perpohonan terlihat hijau kekuning – kuningan. Sungguh moment unik yang tidak ada di negara tropis. Tempat ini disebut “Montserrat” yang berarti pegunungan berlapis (“serrat”). Bila pernah berkunjung ke Turki maka pemandangan pegunungan serupa ada di Cappadocia. Jika di Turki dinikmati dengan naik balon udara, maka di Montserrat dapat dinikmati dengan naik kereta gantung.

Apa yang terkenal di Montserrat? Patung kayu yang menghitam dengan figur Bunda Maria sedang memangku bayi Yesus adalah objek yang dicari para peziarah dan pengunjung. Patung tersebut dikenal dengan beberapa sebutan “The Black Madonna”, “The Virgin of Montserrat”, atau “La Moreneta” yang disimpan dalam Basilica kudus. Patung kayu tersebut menjadi gelap berangsur – angsur seiring perjalanan waktu. Komplek wisata Montserrat dilengkapi dengan aneka akomodasi seperti hotel, servis transportasi, dan toko souvenir cantik yang tidak boleh dilewatkan.
Penulis di Monserrat, Spanyol
Hari kedua, saya mengunjungi Barcelona.  Kota tepi pantai ini merupakan salah satu kota besar di Spanyol sehingga hiruk pikuk masyarakatnya sangat terasa. Sagrada Familia adalah bangunan ikonik karya termasyur arsitek Spanyol bernama Antoni Gaudi yang selalu ramai. Meski telah mulai dibangun sejak 1882, hingga kini bangunan Sagrada Familia masih belum selesai. Rumah ibadah bergaya Art Nouveau dengan tema hutan tropis ini memang rumit. Tak heran bila penyelesaiannya membutuhkan waktu panjang bahkan dilanjutkan oleh arsitek lain karena Gaudi wafat di tahun 1926.
Sagrada Familia yang Masih dalam Proses Pembangunan, Barcelona
Cerita sedikit mengenai Sagrada Familia. Dari luar bangunan, Gaudi ingin menunjukkan cerita Yesus dengan caranya yang unik dengan patung dan hiasan ornament bernuansa hutan belantara. Pintu utama berhias dedaunan hijau dengan fauna hutan. Saat masuk, pengunjung akan semakin merasakan nuansa alam hutan dengan menyaksikan pilar – pilar tinggi menyerupai pohon palma dengan daun menopang langit.
Pintu Sagrada Familia yang Dipahat Ala Dedaunan Hutan

Pilar - Pilar Palma di Dalam Sagrada Familia

Sisi bangunan yang menghadap timur mengisahkan nabi Isa lahir dan disimbolkan dengan ornament kaca biru ungu yang melambangkan sejuknya pagi. Sisi bangunan yang menghadap barat mengisahkan akhir hidup nabi Isa dengan ornament kaca merah orannye hijau layaknya matahari terbenam saat senja.
Sisi Barat Bangunan dengan Kaca Mozaik Merah Orange 
Sisi TImur Bangunan dengan Kaca Mozaik Biru Ungu
Menurut saya, desain gereja ini merupakan buah imajinasi yang luar biasa. Cara Gaudi menginterpretasikan Yesus yang disalib melalui patung pada luar bangunan gereja, simbol – simbol angka seperti susunan sudoku yang bila dijumlahkan secara mendatar/ menurun/ maupun diagonal akan mencapai angka 33 yang merupakan umur Isa Almasih ketika wafat, adalah ide yang fantastis di tahun 1880an!

Lanjut menjelajah pusat kota Barcelona. Di kota ini, olah raga sepak bola sangat digemari anak muda. Team FC Barcelona termasuk jajaran kesebelasan tangguh dengan salah satu bintang lapangan, yaitu Lionel Messi. Pada sore hari, di sisi jalan dekat pantai dipakai para remaja pria untuk bermain bola. Restoran dan Casino juga banyak ada di daerah pantai untuk dinikmati warga lokal maupun turis. Mencari pernak-pernik FC Barcelona cukup mudah karena gerai toko resminya banyak. Berbicara makanan, cobalah Paella yaitu sajian nasi seafood Spanyol dengan rasa yang sensasional.
Pinggir Pantai Barcelona yang Sore Hari Dipakai Remaja Bermain Bola

Casino Barcelona yang Turut Meramaikan Area Pantai

Barcelona – Lourdes – Toulouse (19-21 Oct, 2N)
Setelah seminggu di Spanyol, saya beralih ke Perancis, tepatnya di Perancis selatan. Saya singgah di Lourdes untuk mengucap syukur, berziarah ke gua (grotto) tempat Santa Bernadette mendapatkan penampakan oleh Bunda kudus, melakukan prosesi lilin di malam hari saat datang ke kota ini, dan mandi air Lourdes keesokan paginya.
Prosesi Lilin, Lourdes
Kali ke dua di Lourdes, saya mulai hafal seluk – beluk komplek tempat ziarah & wisata ini. Saya mencoba berkeliling ke objek - objek yang tahun lalu belum dihampiri. Saya berkeliling di taman hijau di seberang sungai yang luas dengan pepohanan aneka warna khas musim gugur yang terlihat sangat cantik. Bila biasanya hanya hijau kekuningan, di sini saya menemukan daun pepohonan berwarna merah! Tentunya moment musim gugur ini tak lupa saya abadikan.
Autumn in Lourdes, France
Autumn in Lourdes, France
Saya mengunjungi restoran masakan Indonesia yang dimiliki oleh Ibu Rina Cortier, yaitu Notredame de Fourviére di 15 rue de Reverend Pere Foucault, Lourdes. Beliau orang Indonesia yang menikah dengan pria berkebangsaan Prancis dan membuka usaha resto serta penginapan di Lourdes. Bahagia sekali bisa bertemu nasi, telor balado, sambal goreng kentang buncis, dan ayam kecap setelah berhari – hari bergulat dengan bumbu merica dan garam, it feels like home! Lidah sama sekali tidak mengeluh ketika mencicip sajian tanah air yang kaya rasa. 

Setelah mengisi perut, saya berkunjung ke rumah Santa Bernadette untuk nampak tilas kehidupan tokoh suci ini saat kecil. Selesai dari rumahnya, saya lanjutkan bertamu ke Basilica St. Pius X yang luas sekali dimana dapat diadakam misa masal 25,000 orang, wow! Saat sore, saya menjelajah area pertokoan Lourdes untuk mencari pernak - pernik religi dan pelengkapan musim dingin.

Hari ke-2, pagi – pagi saya dan peserta ziarah harus meninggalkan hotel karena akan terbang ke Roma, Italia melalui Airport Blagnac di kota Toulouse. Toulouse berjarak 2 jam dari Lourdes. Nuansa Toulouse mirip kota Paris dengan banyak bangunan vintage serta pertokoan fashion & beauty terkemuka dengan populasi yang tidak padat. Kota ini juga mejadi lokasi kantor pusat dan pabrik pesawat terbang Airbus.  Anda bisa temukan Gallery Laffayette, Sephora, Louis Vuitton, Longchamp, dan merek terkemuka Prancis lainnya dengan koleksi terbaru.
 
Wandering in City of Toulouse, France
Ada kejadian lucu di sini, saya terjebak demo sehingga jalan ke airport tersendat sebab banyak jalan pusat kota diblokir. Untung meski ratusan orang memenuhi jalan raya, tidak sampai terjadi perkelahian. Saya dan rombongan terpaksa jalan jauh dari restoran tempat kami makan untuk kembali ke bus demi menghindari keramaian. Panik juga rasanya karena perjalanan ker Airport yang hanya 20 menit kini menjadi lebih dari 1jam karena macet hingga nyaris tertinggal pesawat. Sesampainya di Airport Blagnac saya berlari ke check-in counter untuk baggage drop. Lalu, hanya dalam hitungan menit terdengar panggilan untuk boarding naik pesawat Alitalia ke Roma. Aurevoir!
"Kita lewat mana ya? Jalan dan toko tutup karena demo. Ke sana?"
Demo di Kota Toulouse, Perancis
Roma Italia – Jakarta, Indonesia (21-23, 2N)


Ini merupakan kali kedua saya berkunjung ke Roma. Kota yang indah dan tak pernah membosankan menurut saya, apalagi menelusurinya sambil makan es krim gelato! Pastinya, saya bertamu ke-4 basilika kudus San Pietro, San Giovanni in Laterano, Scala Sancta (Tangga Kudus), San Paolo, Santa Maria Maggiore, tempat ikonik seperti Colouseum, Circus Maximus, dan air mancur Trevi. Lokasi ini tidak saya ceritakan lagi, dapat dibaca pada arsip blog part 1.
Penulis di Colouseum, Roma

Saat singgah lagi di Basilika St. Petrus (San Pietro), banyak hal menarik di sini yang tahun lalu belum sempat saya lihat, seperti : Museum Vatikan, Kapel Sistina, dan Catacombe di bawah Basilica San Pietro. Oiya, area Vatikan dijaga ketat oleh Garda Swiss yang punya seragam unik yang didesain khusus oleh Michaelangelo.
Swiss Guard de San Pietro, Vatican City

Museum Vatikan dulunya adalah tempat tinggal Paus. Area gedung sangat besar dengan taman tengah yang luas. Seluruh ruangan pada gedung berhias cantik dengan pilar berpahat, langit – langit tinggi berlukis, hingga ornament lukisan 3D di sudut – sudut tembok yang memberi efek elegan. Meski diliputi kemegahan luar biasa hebat, para team Kepausan tetap menjunjung tinggi budaya kesederhanaan, disiplin, dan sikap batin bersaharja yang merupakan inti ajaran kasih yang universal. Di Museum Vatikan, pengunjung dapat menikmati harta kekayaan Vatikan berupa aneka patung dan lukisan karya seniman besar yang menjadi koleksi, hingga gambar peta dunia pada masa lalu.
Langit - Langit Berlukis di Museum Vatican
Pengunjung yang Menikmati Lukisan Koleksi Vatikan

Gedung museum tersambung dengan Kapel Sistina tempat diadakan rapat konklaf pemilihan Paus. Langit – langit kapel dihias lukisan molek karya seniman pahat bernama Michaelangelo. Ia melukisnya pada tahun 1508 – 1512. Karya lukis ini termasuk salah satu karya masterpiece selain patung Pieta. Tema lukisan di kapel terinspirasi cerita Alkitab, seperti : The Creation of Adam and Eve, The Last Judgement, The Great Flood, dan lain sebagainya. Sayangnya, para pengunjung dilarang keras berfoto dan berlama – lama disini. Bicarapun dilarang untuk menghormati kapel suci. Selesai dari Kapel, kami masuk ke Basilika St. Petrus untuk berziarah dan berdoa di makam St. Petrus bawah altar. Setelah itu kami turun ke basement basilika ke tempat yang disebut Catacombe atau makam. Di area basement ini ada sekitar 30 jasad Paus dan tokoh suci disemayamkan.


Sore hari, saya mengunjungi air mancur Trevi untuk membuang koin dengan cara membelakanginya. Semoga bisa segera kembali lagi ke Roma! Dari Trevi, saya meluncur ke area perbelanjaan Spanish steps. Banyak muda – mudi berkumpul di sini karena suasana ruang terbuka yang nyaman dengan jejeran pertokoan fashion brand Eropa eksklusif, seperti : Dior, Louis Vuitton, Bric’s Luggage, Versace, Missoni, Ermenegildo Zegna, Dolce e Gabbana, Cavalli, Moschino, dan lain sebagainya. 
Gerai Dior di Spanish Steps, Roma
Malam hari adalah waktunya hang out! Saya dengan beberapa rekan melewatkan malam terakhir kami di Roma dengan bersantai di Hard Rock Café, area Vittorio Veneto. Penasaran dengan taxi di Roma, akhirnya kami ke Hard Rock dengan mencoba Taxi lokal. Di kota ini, mobil yang dipakai untuk armada Taxi adalah Fiat tanpa bagasi belakang panjang, Nisan, dan Toyota. Saya kedapatan mobil Fiat. Uniknya atap Taxi dibuat transparan sehingga penumpang bisa melihat bintang di langit. Oiya jangan terkejut, di sini supir taxi suka ngebut dan jalan ‘menyeruduk’ karena ruas jalan di Roma relatif kecil dan macet. Hahaha.. ternyata tidak berbeda dengan situasi kota Jakarta! 

Sampai di Hard Rock Café, bila suka beer, cobalah beer lokal Italia bernama Nastro Azzuro. Tengok pula pernak -pernik original dari Hard Rock Café yang menarik dijadikan oleh – oleh maupun koleksi pribadi. Saya melalui malam terakhir di Roma dengan mendentingkan gelas – gelas kaca bersama beberapa rekan peserta tour, cheers!
Night at Hard Rock Cafe Rome, Cheers!
Hari ke-2 merupakan hari terakhir saya di kota abadi, sebab siang ini saya akan pulang ke Jakarta. Pagi setelah check-out hotel, saya dan rombongan memiliki agenda untuk ke Basilica St. Maria Magiore dan mampir ke salah satu tempat unik yang berada di dekat Piazza Barberini, bernama Capuchin Crypt. Saya tidak menceritakan Basilica St. Maria Magiore lagi karena telah dikisahkan di bagian pertama pada perjalanan saya ke Eropa yang lalu (lihat arsip blog part 1). 

Capuchin Crypt terletak di bawah gereja Santa Maria della Concezione dei Cappuccini. Lorong bawah tanah ini merupakan museum dari ordo Capuchin dengan pakaian cokelat tua bertudung (tudung dalam Bahasa Itali adalah cappuccio). Museum menampilkan sejarah, cara hidup, dan relikui anggota ordo Capuchin yang diabadikan. Yang paling menarik adalah terdapat 6 ruang peristirahatan abadi berisi rangkaian tulang – belulang yang dibentuk menjadi oramen, hiasan tembok, serta figur manusia dengan jubah tudung cokelat dari 3,700 anggota yang sudah wafat dan dikubur selama 30 tahun di Yerusalem. Tulang – belulang itu dibawa ke Roma sejak tahun 1631. Semua orang boleh berkunjung, namun di dalam tidak boleh memotret. Menurut saya, tempat ini sensasional karena lain dari yang lain. Pada akhir lorong pengunjung akan melihat pesan "What you are now we used to be; what we are now you will be..."
Capuchin Crypt, Roma
Bandara Internasional Leonardo da Vinci – Fiumicino Roma menjadi titik terakhir perjalanan panjang saya setelah menjelajah Portugal, Spanyol, Prancis, dan Italia. Ini juga berarti last chance to shop! Selain Duty Free, di bandara Fiumicino terdapat kios khusus yang menjual produk makanan lokal hingga merchandise asli Italia. Jangan lupa membeli makanan berbahan kacang pistachio, buah zaitun, permen jelly gelatin rasa buah yang nikmat, minuman Lemon khas Italia, cokelat Baratti & Milano, Caffarel cokelat. Belum sempat mencicip cita rasa kopi Italia? Jangan khawatir, rangkaian koleksi kopi “illy” turut dijual disini.      

Akhir kata, it’s time for me to go home. Saya kembali ke tanah air tercinta Indonesia. Nantikan petualangan saya ke tempat - tempat mengasyikan berikutnya. Arrivederci Roma!



Penulis : Ayu Saptarika
Foto : Koleksi Pribadi Penulis, LivingTours.Com

2 komentar:

  1. Perjalanan yang menyenangkan dengan ulasan padat dan informatif, tetap semangat ya...ditunggu ulasan berikutnya. (jika saya turut serta, pasti foto udara dari beberapa lokasi sudah saya ambil...hahaha...)

    BalasHapus
  2. Ayok kapan-kapan menjelajah bareng. Ditunggu...

    BalasHapus

Musical Time: Let's Learning!

Music has been part of my life since I was young, Everyday I wake up with music and also go to bed with music, Just like an a...