Hello! Bertemu lagi
di “The Trail of Adventurous Pilgrims (Part 2)” yang merupakan cerita perjalanan
saya ke Eropa untuk kedua kalinya. Rute kali ini berbeda meski ada beberapa negara dikunjungi lagi. Maksud bepergian untuk penyegaran rohani dan petualangan pribadi.
Perjalanan ini dilakukan selama 14 hari bersama tour. Cukup banyak destinasi yang saya datangi di kesempatan ini.
Portugal, Lisbon adalah
kota pertama saya singgah. Dari situ, saya lanjut road trip dengan bus ke utara masuk negara Spanyol melalui
kota Vigo lantas bermalam di Santiago de Compostela. Selanjutnya, saya berkendara
melewati kota León dan singgah di wilayah Burgos. Dari Burgos saya menuju selatan
mengunjungi kota benteng bernama Avila, kemudian bermalam di Madrid. Ke arah utara timur melewati Zaragoza dari Madrid, lantas singgah di Barcelona
serta mengunjungi Montserrat. Dari Barcelona, saya pindah ke negara Prancis
untuk singgah di Lourdes selama 2 malam dan keesokannya berkendara ke kota
Toulous untuk mengambil penerbangan domestik menuju Roma dengan maskapai Alitalia.
Italia merupakan destinasi terakhir saya sebelum pulang ke Jakarta.
Jakarta
– Dubai – Lisbon, Fatima
(8 – 9 Oct 1N flight, 9- 11 Oct, 2N Portugal)
Perjalanan dari
Jakarta ke Lisbon cukup panjang, sekitar 16 jam terbang. Jakarta – Dubai
ditempuh 8 jam, lalu Dubai – Lisbon sekitar 8 jam lagi. Cukup melelahkan. Dari
Jakarta kami mengambil penerbangan tengah malam sehingga sampai di Lisbon siang
hari supaya dapat langsung berkeliling.
|
Kota Lisbon, Portugal |
Destinasi pertama
saya di Lisbon adalah ke St. Jeronimo Monastery. Tempat ini merupakan biara dan
gereja Santo Hieronimus dimana terdapat makam pelaut Portugis bernama Vasco da
Gama. Santo Hieronimus adalah seorang teolog, sejarahwan, ahli bahasa, dan
penulis. Ia menterjemahkan kitab injil ke dalam bahasa latin yang disebut
dengan karya vulgata. Selain membuat
naskah tersebut, ia juga menghasilkan banyak karya tulis lain yang
menginspirasi masyarakat untuk hidup berlandaskan moral Kristiani yang
universal.
|
Penulis di Depan St. Jeronimo Monastery, Lisbon |
|
Tampilan Gereja St. Jeronimo yang Bergaya Manuelin, Lisbon |
|
Makam Pelaut Vasco Da Gama di Dalam Biara Jeronimo, Lisbon |
Arsitektur Biara Jeronimo
didesain dengan gaya khas Portugis abad ke-16 yang disebut manuelin. Manuelin
mengkombinasikan gaya gothic seperti pada
Katedral Duomo Milan dengan nuansa maritim yang terinspirasi perjalanan Vasco
da Gama saat menjelajah Afrika dan Asia. Material bangunan dibuat dari batu
gamping (lime stone). Selain biara,
terdapat Menara Belém yang merupakan benteng pertahanan dimulut sungai Targus
yang juga bergaya manuelin. Kedua
bangunan dinobatkan sebagai situs warisan budaya oleh UNESCO. Jalan sedikit
menjauh dari menara, terdapat monumen “Padrão dos Descobrimentos” yang
merupakan titik di mana Vasco da Gama mulai berlayar dari sungai Targus mengarungi
samudera Atlantik.
|
Menara Belem dengan Arsitektur Bergaya Manuelin, Lisbon |
|
Monumen Padrao dos Descobrimentos, Lisbon |
Hari selanjutnya di
Portugal, saya berkunjung ke Fatima seharian untuk kegiatan rohani. Tempat ini 123 km
jauhnya dari Lisbon. Fatima merupakan tempat penampakan Bunda Maria kepada tiga
orang anak, yaitu Jacinta, Lucia, dan Fransisco pada tahun 1917. Tahun 2017
merupakan peringatan 100 tahun penampakan Bunda Rosario. Hal ini pula yang menjadi
alasan saya melakukan perjalanan ke sini. Para peziarah dari seluruh dunia
ramai datang ke Fatima untuk memperingatinya dengan doa Rosario bersama dan
melakukan prosesi lilin malam hari.
|
Fatima, Portugal |
Fatima
– Vigo, Santiago de Compostela, Spanyol (11- 13 Oct, 1N
Santiago de Compostela)
Pagi hari dari
Fatima, saya lanjutkan perjalanan ke Santiago de Compostela melalui kota Vigo. Sebelum
memulai perjalanan, saya sempatkan berkeliling di sekitar hotel. Portugal
merupakan salah satu negara yang punya tim dan atlet sepak bola unggulan. Tepat
di depan hotel terdapat lapangan sepak bola yang saat itu ramai dipakai siswa
sekolah menengah. Olah raga ini ternyata bukan sekedar hobi di sini, namun
merupakan pekerjaan profesional dengan karir serius dan menjanjikan. Tak heran
bila aktivitas ini sudah dipupuk sejak muda untuk mencetak atlet profesional
dan berdaya saing tinggi, seperti Cristiano Ronaldo yang kini bermain untuk club Real Madrid.
|
Lapangan Bola yang Dipakai Para Siswa untuk Berlatih, Portugal |
Lanjut ke kota Vigo,
kota ini merupakan pelabuhan transit di wilayah Galicia, Spanyol. Di sini
terlihat banyak peti – peti kemas terparkir di area pesisir pantai. Kuliner di
kota Vigo adalah rangkaian menu makanan laut, seperti : sup ikan udang, roti
gandum, ikan bakar dengan kentang sebagai menu utama, dan cake cokelat sebagai hidangan penutup. Hmm.. sedap!
|
Kota Vigo sebagai Kota Pelabuhan, Spanyol |
|
Ikan Panggang Kota Vigo. Psst.. Saya Tambahkan Sambal Agar Lebih Lezat! |
Banyak jalan menuju
Santiago de Compostela seperti halnya banyak jalan menuju Roma. Banyaknya jalan
ke tempat ini merupakan arti dari gambar kerang (scallop) bergurat banyak yang menjadi simbol di Compostela. Hewan
ini menutupi jasad Santo Yakobus saat kapal yang membawa jenazahnya karam dalam
perjalanan dari Spanyol ke Iberian Peninsula (saat ini Santiago de Compostela).
Cerita perjuangan peziarah yang menemukan jati dirinya saat berjalan ke
Santiago de Compostela turut dikisahkan dengan penuh makna oleh novelis Brazil,
Paulo Coelho, dalam bukunya yang berjudul “The Pilgrimage”.
|
Santiago de Compostela, Spanyol |
Santiago de
Compostela dikenal sebagai salah satu lokasi ziarah utama bagi umat Kristiani selain
Roma. Para peziarah datang ke makam Santiago atau Santo Yakobus dalam berbagai
cara. Di tempat ini saya bertemu peziarah yang datang dengan bersepeda dari
jauh sekitar 200 Km jaraknya, ada yang berjalan kaki 100 Km, dan ada yang naik
pesawat serta bus seperti saya dan rombongan karena nun jauh ribuan kilometer dari benua Asia.
|
Peziarah Indonesia Berfoto Bersama Peziarah yang Bersepeda di Santiago de Compostela |
Santiago
de Compostela – León - Burgos (13- 14 Oct, 1N Burgos)
Perjalanan berikutnya
adalah ke Burgos. Sebelum ke sana, kami mampir dahulu di kota León, tepatnya sebelah
utara barat Spanyol. Perjalanan ditempuh cukup jauh sekitar 5 jam dari Santiago
de Compostela. Kota León cukup ramai dengan bangunan ikonik di dalamnya,
seperti Katedral León dan Casa de Los Botines bergaya neogothic style karya arsitek termasyur asal Spanyol, Antoni Gaudi.
Berkeliling kota dengan kereta dapat dilakukan untuk bersantai serta menikmati
kota.
|
Kereta Wisata di Kota Leon |
Setelah León, saya
transit satu malam di Burgos untuk beristirahat. Keesokan pagi, saya dan
rombongan berkunjung ke Cathedral Our Lady Burgos. Bangunan ini mulai didirikan
tahun 1221 dan dinobatkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO. Kota Burgos
sangat kaya akan bangunan gereja dan biara kuno bergaya gothic yang memukau.
|
Penulis di Depan Katedral Burgos, Spanyol |
Avilla
– Madrid (14-15,
1N Madrid)
Perjalanan saya
berikutnya dari Burgos mengunjungi Avila yang ditempuh sekitar 5 jam
berkendara. Kota ini dijuluki sebagai kota Tembok Raksasa karena memiliki 88
menara kastil batu granit cokelat yang mengelilingi kota untuk melindungi
masyarakat. Luas kota ini hanya 231,9km2 dengan jumlah penduduk tidak terlalu
padat. Salah satu tokoh suci Kristiani yang berasal dari sini adalah Santa
Teresa. Festival Santa Teresa rutin diadakan di Avila Plaza Mayor pada bulan
Oktober. Oleh sebab itu pada bulan ini Avila cukup ramai pengunjung. Masyarakat
dan peziarah menaruh karangan bunga di halaman Plaza Mayor dan di depan patung
Santa Teresa sebagai wujud penghormatan.
|
Gerbang Menara Masuk Avila, Spanyol |
Meskipun Avila tidak
padat penduduknya, tetaplah berhati – hati menjaga barang bawaan ketika
berwisata ke sini. Walaupun sedang asyik berfoto karena tempat ini indah
seperti negeri dongeng dan membuat teringat dengan tokoh Rapunsel, waspadalah terhadap tas, dompet, barang belanjaan, dan
passport sehingga tidak berpindah ke tangan orang asing.
|
Penulis di Avila, Spanyol |
Selesai dari Avila, siangnya
saya lanjut berkendara ke Madrid untuk beristirahat. Saya sampai di kota ini
sore hari sehingga masih menyaksikan nuansa meriah perkotaan. Saya melewati
area Calle Princesa dan Plaza Carlos Trias Bertrán yang menyuguhkan jejeran
pusat perbelanjaan terkemuka seperti El Corte Inglés, pertokoan milik grup
usana Inditex asal Spanyol yang merek produknya sudah tak asing lagi seperti :
Zara, Massimo Dutti, Stradivarius, Pull & Bear, dan lain – lain. Bila ingin
berbelanja aturlah waktu sebaik mungkin sebab pertokoan di Eropa tutup jam 8
malam.
Di sepanjang jalan Calle
Princesa bisa dijumpai aneka kedai kopi serta restoran yang wajib dicoba
terutama untuk sajian masakan lokal. Tak jauh dari tempat belanja di Avenue de
Concha Espina terdapat salah satu stadion sepak bola termasyur di Madrid, yaitu
Stadion Santiago Bernabéu. Bila termasuk penggemar sepak bola dan pecinta tim
Real Madrid, jangan lupa berfoto di depan stadion megah ini!
|
Stadion Santiago Bernabeu by LivingTours.com, Madrid |
Madrid
– Zaragoza – St. Joan Despi, Barcelona (15 – 17 Oct, 2N)
Pagi hari dari
Madrid, saya lanjutkan perjalanan menuju Barcelona. Namun sebelum tiba di sana,
saya melewati wilayah Zaragoza. Zaragoza merupakan daerah bekas
kerajaan Aragón sehingga wilayah ini memiliki tata kota unik dengan banyak
bangunan tua yang indah dan megah. Kota ini dialiri oleh sungai Ebro, sehingga bila
berdiri di jalan raya seberang sungai terlihat pemandangan kota yang antik.
|
Zaragoza, Spanyol |
Saat saya datang ke
sini, Zaragoza sedang ramai – ramainya dikunjungi wisatawan karena sedang
berlangsung “Fiestas del Pilar” alias Festival Pilar. Mengapa disebut sebagai
festival pilar? Pesta ini digelar di depan Basilica del Pilar yang merupakan
tempat ibadah umat Kristiani. Di lapangan basilika terdapat pilar tinggi. Pada
area bawah pilar tersebutlah masyarakat menaruh karangan bunga sebagai tanda
penghormatan kepada Bunda pelindung saat festival.
|
Penulis di Basilica del Pilar, Zaragoza |
Di seberang pilar
basilika terdapat alun – alun kota yang dapat menampung ribuat orang. Alun –
alun ini menjadi tempat warga menggelar pesta. Para simpatisan melakukan
beragam tarian dan nyanyian di panggung alun – alun kota. Mulai dari group band
lokal hingga tari Flamenco dengan pakaian menawan khas Espana disuguhkan di
acara meriah ini. Bicara mengenai tari Flamenco, atribut kipas kayu berlukis
cantik adalah salah satu benda ikonik para penari. Tentu saja di sini saya tak
lupa membeli kipas kayu khas Spanyol yang dipakai penari Flamenco sebagai
kenang – kenangan. Setelah selesai
dari Zaragoza saya lanjut ke Sant Joan Despi di Barcelona untuk bermalam.
|
Kipas Kayu Berlukis yang Dipakai untuk Tari Flamenco |
Sant
Joan Despi - Montserrat – Barcelona (17 – 19 Oct, 2N)
Sant Joan Despi
merupakan area strategis yang terletak antara Montserrat dan kota Barcelona. Keduanya
terletak di wilayah otonom Catalonia. Pagi pertama dari St. Joan Despi, saya mulai
perjalanan ke Montserrat di untuk bertamu di Basilica Santa Maria de Montserrat
Abbey. Perjalanan ke Montserrat dapat ditempuh dengan bus/mobil terlebih dahulu
lalu disambung dengan kereta gantung “Aeri de Montserrat” atau kereta lokal
“Montserrat Rack Railway”. Saya naik kereta gantung untuk mengunjungi puncak.
|
Pemandangan Pagi Saat Naik Aeri de Monserrat |
Saat naik kereta
gantung, udara pagi di Montserrat dingin dengan semburat sinar matahari oranye.
Selain itu, cuaca mulai masuk musim gugur sehingga hamparan perpohonan terlihat
hijau kekuning – kuningan. Sungguh moment unik yang tidak ada di negara tropis.
Tempat ini disebut “Montserrat” yang berarti pegunungan berlapis (“serrat”).
Bila pernah berkunjung ke Turki maka pemandangan pegunungan serupa ada di
Cappadocia. Jika di Turki dinikmati
dengan naik balon udara, maka di Montserrat dapat dinikmati dengan naik kereta
gantung.
Apa yang terkenal di
Montserrat? Patung kayu yang menghitam dengan figur Bunda Maria sedang memangku
bayi Yesus adalah objek yang dicari para peziarah dan pengunjung. Patung
tersebut dikenal dengan beberapa sebutan “The Black Madonna”, “The Virgin of
Montserrat”, atau “La Moreneta” yang disimpan dalam Basilica kudus. Patung kayu
tersebut menjadi gelap berangsur – angsur seiring perjalanan waktu. Komplek
wisata Montserrat dilengkapi dengan aneka akomodasi seperti hotel, servis
transportasi, dan toko souvenir cantik yang tidak boleh dilewatkan.
|
Penulis di Monserrat, Spanyol |
Hari kedua, saya
mengunjungi Barcelona. Kota tepi pantai
ini merupakan salah satu kota besar di Spanyol sehingga hiruk pikuk masyarakatnya
sangat terasa. Sagrada Familia adalah bangunan ikonik karya termasyur arsitek
Spanyol bernama Antoni Gaudi yang selalu ramai. Meski telah mulai dibangun
sejak 1882, hingga kini bangunan Sagrada Familia masih belum selesai. Rumah
ibadah bergaya Art Nouveau dengan tema hutan tropis ini memang rumit. Tak heran
bila penyelesaiannya membutuhkan waktu panjang bahkan dilanjutkan oleh arsitek
lain karena Gaudi wafat di tahun 1926.
|
Sagrada Familia yang Masih dalam Proses Pembangunan, Barcelona |
Cerita sedikit
mengenai Sagrada Familia. Dari luar bangunan, Gaudi ingin menunjukkan cerita
Yesus dengan caranya yang unik dengan patung dan hiasan ornament bernuansa
hutan belantara. Pintu utama berhias dedaunan hijau dengan fauna hutan. Saat
masuk, pengunjung akan semakin merasakan nuansa alam hutan dengan menyaksikan pilar
– pilar tinggi menyerupai pohon palma dengan daun menopang langit.
|
Pintu Sagrada Familia yang Dipahat Ala Dedaunan Hutan |
|
Pilar - Pilar Palma di Dalam Sagrada Familia |
Sisi bangunan yang
menghadap timur mengisahkan nabi Isa lahir dan disimbolkan dengan ornament kaca
biru ungu yang melambangkan sejuknya pagi. Sisi bangunan yang menghadap barat
mengisahkan akhir hidup nabi Isa dengan ornament kaca merah orannye hijau
layaknya matahari terbenam saat senja.
|
Sisi Barat Bangunan dengan Kaca Mozaik Merah Orange |
|
|
Sisi TImur Bangunan dengan Kaca Mozaik Biru Ungu |
Menurut saya, desain gereja
ini merupakan buah imajinasi yang luar biasa. Cara Gaudi menginterpretasikan
Yesus yang disalib melalui patung pada luar bangunan gereja, simbol – simbol
angka seperti susunan sudoku yang bila dijumlahkan secara mendatar/ menurun/
maupun diagonal akan mencapai angka 33 yang merupakan umur Isa Almasih ketika
wafat, adalah ide yang fantastis di tahun 1880an!
Lanjut menjelajah pusat
kota Barcelona. Di kota ini, olah raga sepak bola sangat digemari anak muda.
Team FC Barcelona termasuk jajaran kesebelasan tangguh dengan salah satu
bintang lapangan, yaitu Lionel Messi. Pada sore hari, di sisi jalan dekat
pantai dipakai para remaja pria untuk bermain bola. Restoran dan Casino juga
banyak ada di daerah pantai untuk dinikmati warga lokal maupun turis. Mencari
pernak-pernik FC Barcelona cukup mudah karena gerai toko resminya banyak. Berbicara
makanan, cobalah Paella yaitu sajian nasi seafood
Spanyol dengan rasa yang sensasional.
|
Pinggir Pantai Barcelona yang Sore Hari Dipakai Remaja Bermain Bola |
|
Casino Barcelona yang Turut Meramaikan Area Pantai |
Barcelona
– Lourdes – Toulouse (19-21 Oct, 2N)
Setelah seminggu di Spanyol,
saya beralih ke Perancis, tepatnya di Perancis selatan. Saya singgah di Lourdes
untuk mengucap syukur, berziarah ke gua (grotto)
tempat Santa Bernadette mendapatkan penampakan oleh Bunda kudus, melakukan
prosesi lilin di malam hari saat datang ke kota ini, dan mandi air Lourdes
keesokan paginya.
|
Prosesi Lilin, Lourdes |
Kali ke dua di
Lourdes, saya mulai hafal seluk – beluk komplek tempat ziarah & wisata ini.
Saya mencoba berkeliling ke objek - objek yang tahun lalu belum dihampiri. Saya
berkeliling di taman hijau di seberang sungai yang luas dengan pepohanan aneka
warna khas musim gugur yang terlihat sangat cantik. Bila biasanya hanya hijau
kekuningan, di sini saya menemukan daun pepohonan berwarna merah! Tentunya
moment musim gugur ini tak lupa saya abadikan.
|
Autumn in Lourdes, France |
|
Autumn in Lourdes, France |
Saya mengunjungi
restoran masakan Indonesia yang dimiliki oleh Ibu Rina Cortier, yaitu Notredame
de Fourviére di 15 rue de Reverend Pere Foucault, Lourdes. Beliau orang
Indonesia yang menikah dengan pria berkebangsaan Prancis dan membuka usaha
resto serta penginapan di Lourdes. Bahagia sekali bisa bertemu nasi, telor
balado, sambal goreng kentang buncis, dan ayam kecap setelah berhari – hari
bergulat dengan bumbu merica dan garam, it
feels like home! Lidah sama sekali
tidak mengeluh ketika mencicip sajian tanah air yang kaya rasa.
Setelah mengisi perut, saya berkunjung ke rumah Santa Bernadette untuk
nampak tilas kehidupan tokoh suci ini saat kecil. Selesai dari rumahnya, saya
lanjutkan bertamu ke Basilica St. Pius X yang luas sekali dimana dapat diadakam
misa masal 25,000 orang, wow! Saat
sore, saya menjelajah area pertokoan Lourdes untuk mencari pernak - pernik
religi dan pelengkapan musim dingin.
Hari ke-2, pagi –
pagi saya dan peserta ziarah harus meninggalkan hotel karena
akan terbang ke Roma, Italia melalui Airport Blagnac di kota Toulouse. Toulouse berjarak 2 jam dari Lourdes. Nuansa Toulouse mirip kota Paris dengan banyak bangunan
vintage serta pertokoan fashion & beauty terkemuka dengan
populasi yang tidak padat. Kota ini juga mejadi lokasi kantor pusat dan pabrik pesawat
terbang Airbus. Anda bisa temukan
Gallery Laffayette, Sephora, Louis Vuitton, Longchamp, dan merek terkemuka
Prancis lainnya dengan koleksi terbaru.
|
Wandering in City of Toulouse, France |
Ada kejadian lucu di
sini, saya terjebak demo sehingga jalan ke airport tersendat sebab banyak
jalan pusat kota diblokir. Untung meski ratusan orang memenuhi jalan
raya, tidak sampai terjadi perkelahian. Saya dan
rombongan terpaksa jalan jauh dari restoran tempat kami makan untuk kembali ke
bus demi menghindari keramaian. Panik juga rasanya karena perjalanan ker
Airport yang hanya 20 menit kini menjadi lebih dari 1jam karena macet hingga
nyaris tertinggal pesawat. Sesampainya di Airport Blagnac saya berlari ke check-in counter untuk baggage drop. Lalu, hanya dalam hitungan
menit terdengar panggilan untuk boarding
naik pesawat Alitalia ke Roma. Aurevoir!
|
"Kita lewat mana ya? Jalan dan toko tutup karena demo. Ke sana?" |
|
Demo di Kota Toulouse, Perancis |
Roma
Italia – Jakarta, Indonesia (21-23, 2N)
Ini merupakan kali
kedua saya berkunjung ke Roma. Kota yang indah dan tak pernah membosankan
menurut saya, apalagi menelusurinya sambil makan es krim gelato! Pastinya, saya
bertamu ke-4 basilika kudus San Pietro, San Giovanni in Laterano, Scala Sancta
(Tangga Kudus), San Paolo, Santa Maria Maggiore, tempat ikonik seperti Colouseum, Circus Maximus, dan air mancur Trevi. Lokasi ini tidak saya ceritakan
lagi, dapat dibaca pada arsip blog part 1.
|
Penulis di Colouseum, Roma |
Saat singgah lagi di Basilika
St. Petrus (San Pietro), banyak hal menarik di sini yang tahun lalu belum sempat
saya lihat, seperti : Museum Vatikan, Kapel Sistina, dan Catacombe di bawah
Basilica San Pietro. Oiya, area Vatikan dijaga ketat oleh Garda Swiss yang punya seragam
unik yang didesain khusus oleh Michaelangelo.
|
Swiss Guard de San Pietro, Vatican City |
Museum Vatikan
dulunya adalah tempat tinggal Paus. Area gedung sangat besar dengan taman tengah
yang luas. Seluruh ruangan pada gedung berhias cantik dengan pilar berpahat,
langit – langit tinggi berlukis, hingga ornament lukisan 3D di sudut – sudut
tembok yang memberi efek elegan. Meski diliputi kemegahan luar biasa hebat,
para team Kepausan tetap menjunjung tinggi budaya kesederhanaan, disiplin, dan
sikap batin bersaharja yang merupakan inti ajaran kasih yang universal. Di
Museum Vatikan, pengunjung dapat menikmati harta kekayaan Vatikan berupa aneka patung
dan lukisan karya seniman besar yang menjadi koleksi, hingga gambar peta dunia pada masa lalu.
|
Langit - Langit Berlukis di Museum Vatican |
|
Pengunjung yang Menikmati Lukisan Koleksi Vatikan |
Gedung museum tersambung
dengan Kapel Sistina tempat diadakan rapat konklaf pemilihan Paus. Langit – langit kapel dihias lukisan molek karya seniman pahat
bernama Michaelangelo. Ia melukisnya pada tahun 1508 – 1512. Karya lukis ini
termasuk salah satu karya masterpiece selain
patung Pieta. Tema lukisan di kapel terinspirasi cerita Alkitab, seperti : The Creation
of Adam and Eve, The Last Judgement, The Great Flood, dan lain sebagainya.
Sayangnya, para pengunjung dilarang keras berfoto dan berlama – lama disini. Bicarapun
dilarang untuk menghormati kapel suci. Selesai dari Kapel, kami masuk ke
Basilika St. Petrus untuk berziarah dan berdoa di makam St. Petrus bawah altar.
Setelah itu kami turun ke basement
basilika ke tempat yang disebut Catacombe atau makam. Di area basement ini ada sekitar 30 jasad Paus
dan tokoh suci disemayamkan.
Sore hari, saya
mengunjungi air mancur Trevi untuk membuang koin dengan cara membelakanginya.
Semoga bisa segera kembali lagi ke Roma! Dari Trevi, saya meluncur ke area perbelanjaan Spanish steps. Banyak muda – mudi berkumpul di sini karena suasana
ruang terbuka yang nyaman dengan jejeran pertokoan fashion brand Eropa eksklusif, seperti : Dior, Louis Vuitton,
Bric’s Luggage, Versace, Missoni, Ermenegildo Zegna, Dolce e Gabbana, Cavalli, Moschino,
dan lain sebagainya.
|
Gerai Dior di Spanish Steps, Roma |
Malam hari adalah
waktunya hang out! Saya dengan
beberapa rekan melewatkan malam terakhir kami di Roma dengan bersantai di Hard
Rock Café, area Vittorio Veneto. Penasaran dengan taxi di Roma, akhirnya kami
ke Hard Rock dengan mencoba Taxi lokal. Di kota ini, mobil yang dipakai untuk
armada Taxi adalah Fiat tanpa bagasi belakang panjang, Nisan, dan Toyota. Saya
kedapatan mobil Fiat. Uniknya atap Taxi dibuat transparan sehingga penumpang
bisa melihat bintang di langit. Oiya
jangan terkejut, di sini supir taxi suka ngebut dan jalan ‘menyeruduk’ karena ruas
jalan di Roma relatif kecil dan macet. Hahaha..
ternyata tidak berbeda dengan situasi kota Jakarta!
Sampai di Hard Rock
Café, bila suka beer, cobalah beer lokal Italia bernama Nastro Azzuro.
Tengok pula pernak -pernik original dari Hard Rock Café yang menarik dijadikan
oleh – oleh maupun koleksi pribadi. Saya melalui malam terakhir di Roma dengan
mendentingkan gelas – gelas kaca bersama beberapa rekan peserta tour, cheers!
|
Night at Hard Rock Cafe Rome, Cheers! |
Hari ke-2 merupakan
hari terakhir saya di kota abadi, sebab siang ini saya akan pulang ke Jakarta.
Pagi setelah check-out hotel, saya dan
rombongan memiliki agenda untuk ke Basilica St. Maria Magiore dan mampir ke
salah satu tempat unik yang berada di dekat
Piazza Barberini, bernama Capuchin Crypt. Saya tidak menceritakan Basilica St.
Maria Magiore lagi karena telah dikisahkan di bagian pertama pada perjalanan
saya ke Eropa yang lalu (lihat arsip blog part 1).
Capuchin Crypt
terletak di bawah gereja Santa Maria della Concezione dei Cappuccini. Lorong
bawah tanah ini merupakan museum dari ordo Capuchin dengan pakaian cokelat tua
bertudung (tudung dalam Bahasa Itali adalah cappuccio).
Museum menampilkan sejarah, cara hidup, dan relikui anggota ordo Capuchin yang
diabadikan. Yang paling menarik adalah terdapat 6 ruang peristirahatan abadi
berisi rangkaian tulang – belulang yang dibentuk menjadi oramen, hiasan tembok,
serta figur manusia dengan jubah tudung cokelat dari 3,700 anggota yang sudah
wafat dan dikubur selama 30 tahun di Yerusalem. Tulang – belulang itu dibawa ke
Roma sejak tahun 1631. Semua orang boleh berkunjung, namun di dalam tidak boleh
memotret. Menurut saya, tempat ini sensasional karena lain dari yang lain. Pada
akhir lorong pengunjung akan melihat pesan "What you are now we used to be; what we are
now you will be..."
|
Capuchin Crypt, Roma |
Bandara Internasional
Leonardo da Vinci – Fiumicino Roma menjadi titik terakhir perjalanan panjang
saya setelah menjelajah Portugal, Spanyol, Prancis, dan Italia. Ini juga
berarti last chance to shop! Selain
Duty Free, di bandara Fiumicino terdapat kios khusus yang menjual produk
makanan lokal hingga merchandise asli
Italia. Jangan lupa membeli makanan berbahan kacang pistachio, buah zaitun,
permen jelly gelatin rasa buah yang nikmat, minuman Lemon khas Italia, cokelat
Baratti & Milano, Caffarel cokelat. Belum sempat mencicip cita rasa kopi
Italia? Jangan khawatir, rangkaian koleksi kopi “illy” turut dijual disini.
Akhir kata, it’s time for me to go home. Saya
kembali ke tanah air tercinta Indonesia. Nantikan petualangan saya ke tempat -
tempat mengasyikan berikutnya. Arrivederci
Roma!
Penulis : Ayu Saptarika
Foto : Koleksi Pribadi Penulis, LivingTours.Com