Senin, 01 Februari 2010

Mencari Keberuntungan


Seorang teman pernah berkata, “Menjadi seniman itu tidak gampang karena tingkat keberhasilan yang bisa dicapai belum tentu jelas di masa depan. Seniman adalah sebuah profesi yang sangat membutuhkan faktor keberuntungan untuk mencapai kesuksesan karena bakat dan kerja keras saja tidak cukup!”
Jika dipikir-pikir, perkataan teman saya itu ada benarnya. Mengapa? Profesi seniman memang lain dari pada yang lain sebab tidak bisa si seniman itu sendiri yang menyatakan karyanya baik, akan tetapi harus orang lain. Mau bukti?
Jika seseorang memiliki profesi yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam, maka benar atau salah dari pekerjaan yang dilakukan dapat diketahui secara rinci sebab ada dasar teori dan perhitungan yang pasti. Itulah sebabnya ilmu ini disebut juga sebagai ilmu eksakta atau ilmu pasti. Lain lagi dengan seseorang yang profesinya berhubungan dengan ilmu pengetahuan sosial, misalnya seorang akuntan atau ahli ekonomi. Transaksi seperti apa yang masuk di sisi debet atau kredit ada dasar teori yang menyatakannya. Bahkan, menghitung Return On Investment (ROI) pun ada rumusnya. Jadi, benar atau salah dapat diperkirakan atas dasar teori serta perhitungan yang jelas meskipun turut dipengaruhi oleh dinamisme kehidupan masyarakat disekitarnya.
Nah, bagaimana kalau menjadi seniman? Misalnya menjadi seorang pelukis, fotografer, penyanyi atau penyair. Boleh dibilang dasar penilaian untuk hasil karya mereka sangat bias karena tergantung dari pendapat dan selera para penonton, pendengar, pembaca hingga pengamat seni ketika sang seniman menunjukkan kebolehannya. Seluruhnya berdasarkan rasa suka atau tidak suka dari orang lain dan menurut saya tak ada satupun alat maupun rumus yang bisa mendefinisikannya dengan tepat dan akurat!
Sebuah karya seni sangat erat kaitannya dengan daya cipta dan rasa manusia atau dengan kata lain, kreativitas.Walaupun kini bidang-bidang pekerjaan yang berhubungan dengan IPA dan IPS sudah banyak metodenya yang digantikan oleh robot atau komputer seiring dengan kemajuan teknologi, kreativitas adalah sesuatu yang sama sekali tidak dapat digantikan oleh mesin sampai kapanpun juga. Selain itu, kreativitas turut berperan penting dalam membuat seseorang, suatu daerah, suatu negara bahkan suatu peradaban menjadi maju dan berkembang karena ada berbagai ide, ciptaan, hingga inovasi baru yang lain dan unik.
Untuk Anda penggemar lukisan, mungkin obrolan seperti ini pernah terjadi dengan rekan yang juga memuja seni.
”Aku kok lebih suka lukisan karya Da Vinci daripada Monet? Kalau kamu gimana?”
”Aku sih lebih suka karya Picasso. Lebih artistik menurutku.”
Kedua pendapat ini tak ada yang salah dan malah keduanya sah-sah saja. Sebuah opini sederhana yang membuktikan bahwa suatu karya seni sangat dipengaruhi oleh selera penikmatnya. Hal ini pula yang membuat lingkungan pekerjaan dari seorang seniman bersifat free competition.
Berbicara mengenai selera, banyak sekali faktor yang melatar belakanginya seperti faktor sosial, budaya, agama, hingga finansial. Bila pernah membaca buku atau mempelajari ilmu pemasaran mengenai perilaku konsumen, ada sebuah penjelasan yang menurut saya cukup menarik. Dikatakan bahwa ada banyak hal yang dapat digali dari persepsi tentang warna. Dari pemilihan warna ternyata dapat diketahui selera hingga keadaan ekonomi seseorang. Oleh karena itu tak heran apabila informasi ini kerap diperhitungkan oleh para produsen dalam memproduksi barang-barang yang diharapkan akan disukai masyarakat luas. Untuk apa? Untuk mendapatkan pemasukan yang ujung-ujungnya mencari keuntungan serta keberuntungan!
Kembali ke kasus seniman, mungkin seseorang yang memiliki bakat seni ini telah berusaha mengasah talenta secara otodidak maupun melalui institusi formal. Kemudian ia mulai ’menjajakan’ karya ke sana ke mari dengan susah payah. Tanpa disangka-sangka, suatu hari seorang pengamat seni kebetulan hadir saat ia mempertunjukkan kebolehan dan menyukai hasil karyanya. Saya rasa Anda dapat menebak kelanjutan ceritanya, bukan? Ya! Karya sang seniman mulai ’laku’ di mana-mana hingga membuatnya menjadi sosok yang dikenal khalayak ramai. Pada momen ’kebetulan’ ini, peran keberuntungan sangat terlihat jelas sehingga seorang seniman berhasil menjadi ’pemenang’ dalam lingkungan free competition tempat ia berjuang hidup. Rekan-rekan kita yang keturunan Tionghoa sering menyebutnya sebagai hoki.
Yang perlu dicermati adalah bahwa keberuntungan atau hoki tidak turun dari langit begitu saja. Keberuntungan harus dicari! Selain itu, keberuntungan 100% milik semua orang. Entah ia seorang bankir, pengacara, penjahit, koki, ahli mekanik ataupun seorang pianis. Entah itu ia dari golongan ekonomi bawah, menengah, hingga atas. Dengan kata lain, semua orang memiliki hak untuk mendapat berkah ini asal rajin bekerja dan percaya bahwa berkah keberuntungan yang diberikan atas restu dari Sang Pencipta ini pasti datang jika dicari.
Menyambut tahun baru Imlek, Anda pasti sudah melihat banyak buku tentang peruntungan di tahun Macan Kayu berjajar rapi di rak bahkan etalase toko buku. Tertarik untuk membacanya? Jujur saja, saya pun tertarik dan telah membaca beberapa lembar mengenai peruntungan saya berdasarkan shio di tahun ini. Namun, yakinlah bila berkah keberuntungan datang dari Tuhan tanpa mengenal batas waktu maupun tahun. Keberuntungan pasti datang pada orang yang mencari, bukan pada orang yang hanya diam dan berpangku tangan. Ingat kata pepatah, di mana ada kemauan di situ ada jalan! Selanjutnya tinggal tanya pada diri sendiri, will you do it or not?
Apapun prediksi atau ramalan yang tertulis di buku tersebut, jadikanlah sebagai penyemangat Anda dalam mencari kesuksesan yang tak lain adalah buah dari ketekunan dalam melalui berbagai cobaan dan rintangan hidup.
Ngomong-ngomong, bagi Anda yang sudah menikah dan merayakan tahun baru Imlek, sudahkah mendata nama keponakan dan sepupu yang akan diberikan ang pao? Jangan sampai ada nama yang terlupa. Yakinlah bila banyak berbagi dengan iklas maka berkah melimpah dengan sendirinya datang menaungi Anda di kemudian hari. Buat Anda yang masih sendiri, jangan ragu untuk datang ke rumah relasi-relasi baru selain keluarga untuk berbagi kebahagiaan di hari spesial ini. Siapa tahu gara-gara Anda mengunjungi mereka, tanpa sengaja malah bertemu dan berkenalan dengan seseorang yang sangat menawan hati alias jodoh. Yah.. namanya juga mencari keberuntungan, apalagi kebetulan perayaan Imlek kali ini bertepatan dengan hari kasih sayang! Tak ada salahnya selalu berharap dan berusaha.

Selamat tahun baru Imlek bagi rekan-rekan yang merayakan.
Percayalah bahwa keberuntungan selalu menyertai Anda kapanpun, dimanapun, dan apapun tahunnya!

Jakarta, 1 Februari 2010
AYU SAPTARIKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Musical Time: Let's Learning!

Music has been part of my life since I was young, Everyday I wake up with music and also go to bed with music, Just like an a...