Memutuskan untuk
melakukan perjalanan jauh memang mengasyikan. Bagi saya pribadi, aktivitas traveling adalah penting dilakukan untuk
membuat pikiran rileks dan mengembalikan semangat. Ada banyak aspek yang harus
dipertimbangkan sebelum melakukannya agar sebuah perjalanan berhasil. Mulai
dari mempersiapkan budget, passport,
visa, pakaian yang sesuai musim, akomodasi hotel yang nyaman, transport, hingga
rencana berkeliling termasuk mengunjungi tempat berbelanja yang hits.
Dua tahun terakhir
ini saya melakukan perjalanan ziarah sekaligus jalan – jalan ke Eropa. Rencana
ini memang sudah dibicarakan bersama keluarga sejak tahun 2014. Di tahun 2016, saya melakukan perjalan
ke Eropa dan bisa kompak pergi bersama keluarga dengan mengikuti tour.
Cerita perjalanan di
2016 akan dipaparkan pada “The Trail of Adventurous Pilgrims (Part 1)”
lalu yang baru – baru ini saya lakukan di tahun 2017 akan diceritakan selanjutnya pada “The
Trail of Adventurous Pilgrims (Part 2)”. Sabar ya.. on the making process. Dua kali pergi, saya mempuh rute berbeda
meskipun ada beberapa negara yang dikunjungi lagi. Saya akan memulai
menceritakan perjalanan yang dilakukan selama 14 hari.
Jakarta – Dubai – Roma,
Vatikan (17-18 April 1N flight,
18- 20 April, 2N Roma)
Perjalanan dari
Jakarta ke Roma kurang lebih sekitar 13 jam terbang. Jakarta – Dubai ditempuh
sekitar 8 jam, lalu Dubai – Roma sekitar 5 jam. Dari Jakarta kami mengambil
penerbangan malam, sehingga sampai di Roma pada siang hari. Di Eropa, kami akan
berkeliling dengan menyewa bus dan naik kereta. Setibanya di Roma, saya
langsung berkunjung ke negara Vatikan yang merupakan salah satu negara terkecil
di dunia dengan luas 44 hektar serta jumlah penduduk < 1 juta jiwa. Negara
pusat agama Katholik ini dipimpin oleh Paus yang dipilih untuk bertugas seumur hidup. Dahulu, peran Paus tidak hanya untuk religi namun merangkap pemimpin politik dan kepala negara di Eropa.
Saat ini Vatikan dipimpin
oleh Paus Fransiskus. Istimewanya, tanggal 8 Desember 2015 sampai 20 November
2016 yang lalu ditetapkan sebagai tahun suci kerahiman Ilahi. Momen spesial ini
turut ditandai dengan dibukanya pintu suci “Holly Door” basilika-basilika di
Vatikan dan Roma. Adapun pintu basilika tersebut hanya dibuka setiap 25 tahun
sekali. Hal itu pula yang menjadi alasan mengapa saya dan keluarga berkunjung
ke tempat ini.
Dua hari di Roma
membuat saya dapat mengunjungi beberapa basilika dan juga tempat wisata. Terdapat
4 Basilika utama kepausan, 1 terletak di Vatikan dan 3 lainnya ada di kota
Roma. Basilika tersebut adalah: Basilika St. Petrus, Basilika St.Yohanes
Lateran, Basilika St. Paulus , dan Basilika St. Maria Maggiore. Setiap Basilika
memiliki keistimewaan sendiri, terdapat makam kudus, dan lukisan menakjubkan di
dalamnya.
Basilika St. Petrus dibagun
atas perintah Kaisar Konstantin Agung pada tahun 326 AD. Katedral besar ini
berluas 23,000m2 dan memiliki lapangan berbentuk lubang kunci. Di bawah altar
basilika merupakan tempat Santo Petrus dimakamkan. Di tempat ini pula terdapat
patung Pieta karya Michelangelo. Saya datang ke tempat ini dua kali. Siang
saat landing dari Jakarta untuk melihat area basilika dan keesokan paginya
untuk menghadiri audiensi Paus bersama peziarah dari seluruh dunia.
Halaman Basilika St. Petrus, Roma Dipenuhi Peziarah Seluruh Dunia |
Patung Pieta karya Michelangelo di Basilika St. Petrus, Roma |
Sekitar 4 km dari Vatikan saya singgah
di Basilika St. John Lateran. Basilika keuskupan ini memiliki dekorasi atap
keemasan yang memukau dan dihiasi 12 patung murid Isa Almasih. Di seberang
basilika terdapat “Scala Sancta” yaitu gereja tangga kudus dimana material kayu
pada tangga tersebut diyakini sebagai tangga yang dilewati Yesus saat diadili
di hadapan Pontius Pilatus di Yerusalem. Di tangga ini, peziarah harus melalui
dengan berlutut hingga ke puncak diiringi doa dan intensi pribadi.
Selanjutnya saya
singgah ke Basilika St. Paulus untuk berziarah ke makam Santo Paulus yang
berada di bawah altarnya. Di atas makam terdapat mata rantai dalam kotak kaca,
rantai itulah yang membelenggu Santo Paulus ketika ditangkap dan akhirnya wafat
sebagai martir. Kisah St. Paulus “The Conversion on The Way to Damascus” diabadikan dalam torehan
gaya baroque oleh pelukis ternama
Italia bernama Carravagio. Apabila ingin melihatnya, lukisan ini terdapat di
gereja Santa Maria del Popolo di Roma. Basilika St. Paulus juga dikenal sebagai
basilika di luar tembok.
Basilika St. Paulus, Roma |
Kembali menyusuri ke
dalam tembok kota Roma di wilayah Piaza del Esquilino, saya singgah di
Basilika St. Maria Maggiore. Di tempat ini, pengunjung dapat melihat lukisan
tentang kisah hidup Bunda Maria bersama Putranya. Basilika St. Maria Maggiore
juga dinobatkan sebagai salah satu situs bersejarah dunia oleh UNESCO. Di Roma terdapat
tembok sepanjang 19 meter bernama “Aurelian Wall” yang dibangun saat kekaisaran Aurelian
(270 - 275 AD). Beberapa monumen besar di kota ini turut terintegrasi langsung
dengan struktur tembok, seperti Castel Saint Angelo, Piramid kuno bergaya Mesir
bernama Caius Cestius yang merupakan
makam bangsawan, dan Bendungan Aqua Claudia yang memasok air untuk warga. Dari situ, kunjungi pula teater Colloseum yang legendaris dan Monumen
Vittorio Emanuele yang berhias kobaran api abadi.
Colloseum, Roma |
Setelah singgah di
Roma, keesokan harinya saya dan rombongan road
trip ke kota Verona di Italia utara. Kota berbenteng ini tidak besar namun
banyak bangunan cantik di dalamnya. Tiga mahakarya drama dari penulis
Shakespeare yang dikisahkan dengan latar kota Verona, yaitu Romeo and Juliette,
The Two Gentlemen of Verona, dan The Taming of the Shrew. Di sini juga terdapat
Arena Verona yang merupakan bangunan teater seperti Colloseum di Roma. Saya
menyusuri Piazza Delle Erbe yang dipenuhi cafeteria dan pertokoan. Kerajinan
sulaman menjadi salah satu souvenir dari Verona. Semakin malam, kota ini makin
terlihat indah dan romantis. Pantas bila dinobatkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.
Kota Romeo & Juliet ,Verona - Italy |
Penulis Saat Berkeliling di Verona |
Pagi hari dari Verona,
saya lanjutkan berkendara ke wilayah Oberammergau yang terletak di selatan
Jerman melalui Innsbruck, Austria. Kota kecil di pegunungan ini terkenal dengan
pentas kisah sengsara Yesus “Oberammergau
Passion Play” yang dimainkan secara masal. Awalnya, drama tersebut dimainkan sebagai permohonan kesembuhan
pada Ilahi saat penghuni kota terserang wabah penyakit tahun 1634. Pada waktu setelah
pentas dimainkan, berkah pun terjadi. Banyak penduduk yang sembuh dari wabah
tersebut. Hingga kini, pentas tetap dimainkan setiap tahun yang berakhiran 0
(nol) sebagai bentuk ucapan syukur warga.
Pemandangan pegunungan saat menuju ke Oberammergau |
Rumah dengan Dinding Berlukis Khas Oberammergau |
Austria – Milan (23 April, 1N Milan)
Pagi hari kami
lanjutkan perjanan ke Milan alias kembali ke Italia. Sambil jalan dari Innsbruck, kami melewati
daerah Watten, Austria dimana terdapat Swarovski Kristallwelten alias Swarovski
Crystal World Museum. Tidak hanya museum yang ada di sini namun juga tempat
belanja aneka produk berhias Kristal Swarovski. Taman di luar ruangan berhias air mancur bermata kristal. Di dalam ruanganpun segalanya
indah. Mulai dari dekorasi atap, lantai, dan produk yang dijual serba gemerlap.
Produk dengan nuansa kilau warna – warni yang playful hingga Kristal bernuansa kilau yang anggun semuanya ada di
sini. You can’t get away from it! Too
beautiful not to be owned… Swarovski Kristallwelten, Austria |
Saya singgah di Milan
satu malam dan menginap di hotel yang terletak di pinggir kota supaya mudah
untuk akses ke jalan tol keesokan paginya, melanjutkan melancong ke kotaTurin.
Duomo Cathedral, Milan - Italy |
Penggemar sepak bola
pasti tidak asing dengan kota Turin. Kota ini merupakan markas club sepak bola Juventus.
Kalau ingat Juventus, maka saya teringat pemain bola bernama Alessandro Del
Pierro dan Filippo Inzaghi yang tidak hanya jago di lapangan tapi juga berwajah
tampan pada masanya.
Di kota ini saya
mengunjungi stadion Juventus yang megah dan pastinya tak lupa saya abadikan. Selain
stadion bola, saya turut berkunjung ke Katedral Santo Yohanes Pembabtis (San
Giovanni Battista) tempat kain kafan yang diyakini miliki Isa Almasih disimpan.
Saya pernah melihat replikanya di Indonesia, tak menyangka akhirnya bisa
berkunjung ke tempat aslinya disimpan.
Kota yang juga disebut
Torino ini memiliki banyak industri. Markas industri otomotif merek FIAT dan
juga pusat produk coklat yang sangat lezat ada di sini. Sedikit sharing, saya bukan penggemar makanan
yang terlalu manis. Namun, entah mengapa saya jatuh hati dengan produk cokelat
Italia. Rasa cokelatnya mantap meskipun bukan kategori dark chocolate racikannya tidak terlalu manis. There’s a slight bitter taste which in my opinion that makes Italian
chocolate taste very sophisticated, like no others. Bravo!
Stadion Juventus, Turin - Italy |
Lewat setengah hari
di Turin, saya lanjutkan perjalanan ke Monaco. Perjalanan menuju Monaco sungguh
indah sebab lokasinya di perbatasan laut Mediterania dan negara ini terletak di
dataran tinggi. Saya hanya singgah sebentar tepatnya di Monte Carlo untuk
menikmati pemandangan alam. Monaco termasuk salah satu negara terkecil di dunia
dengan bendera yang sama seperti Indonesia, yaitu merah putih. Meskipun begitu,
negara ini punya segudang daya tarik melalui kegiatan oleh para insan kelas
tinggi. Suasananya tidak seperti kota penuh hiruk – pikuk. Tempatnya tenang
dengan pemandangan laut biru yang indah, udara sejuk bermatahari cerah dengan
jejeran bisnis produk/jasa tourisme berkualitas.
Negara ini sering
menjadi host pertandingan F1 yang
dikenal dengan F1 Monaco Grand Prix, pameran automotif bergengsi, bisnis casino
eksklusif, jasa hotel dan resort terbaik se-Eropa, wisata pelayaran serta boat show. Jangan heran bila ada banyak
Yacht berlabuh di sini sebab Monte Carlo merupakan tempat singgah dan liburan super high end. Pemandangan menakjubkan dengan
aneka ragam servis mewah lainnya membuat Monaco menjadi destinasi wisata para
insan berkocek tebal alias jutawan, pengusaha, dan aktor/ akrtis papan atas.
Struktur wilayahnya yang bertebing di tepi laut kerap menjadikan Monaco sebagai
pilihan lokasi shooting film dan
pembuatan karya photography.
The Fabulous Monte Carlo, Monaco |
Senja dari Monte
Carlo, saya lanjutkan perjalanan untuk beristirahat malam di Nice yang berada
di area French Riviera alias daerah Prancis Selatan. Daerah ini merupakan
daerah wisata pantai. Berharap sekali suatu saat dapat berkunjung lagi dengan
durasi yang lebih lama untuk bersantai, wisata kuliner, dan menikmati
pemandangan alamnya yang super sensasional.
Penulis di Monte Carlo, Monaco |
Nice – Cannes - Lourdes (26 - 28 April, 2N Lourdes)
Pagi harinya, saya
dan rombongan tour melanjutkan perjalanan ke Lourdes. Kami melewati daerah
Cannes yang terkenal sebagai tempat para insan perfilman melakukan festival
layar lebar. Struktur wilayahnya masih serupa dengan negara Monaco dan daerah
Nice sebab masih dalam garis pantai yang sama. Wilayah Cannes tepatnya di
Grasse juga terkenal dengan adanya perusahaan pembuat bahan dasar wewangian.
Berbagai produk parfum keluaran rumah mode ternama bekerjasama dengan produsen
wewangian di sini. Salah satu tempat yang saya hampiri adalah rumah produksi
wewangian Galimard yang telah menjalankan bisnis wewangian sejak tahun 1741.
Tentu saja saya tak lupa untuk belanja beberapa produk perawatan di sini
seperti parfum, sabun, body lotion,
scrub, dan lain sebagainya.
Selesai dari Cannes
lalu sampailah saya di Lourdes. Kota ini dikenal sebagai lokasi penampakan
Bunda Maria kepada Santa Bernadette dan terdapat mata air suci. Lourdes
terletak di kaki gunung Pyrenne sehingga iklimnya cukup dingin, rata –rata suhu
setiap hari adalah di bawah 5°C. Terdapat katedral megah dengan lapangan luas
untuk melakukan prosesi malam hari bersama jutaan peziarah sambil melantunkan
doa rosario serta menyalakan lilin. Hari saat kami sampai, malam harinya saya
langsung mengikuti acara prosesi yang agung. Sungguh indah bisa bersyukur
bersama para peziarah dari seluruh dunia dalam berbagai bahasa. Sangat syahdu dan tak terlupakan!
Hari ke-2 kami
isi dengan misa bersama pagi hari, mandi air Lourdes, jalan salib, acara doa
pribadi, dan tentu saja berkeliling komplek wisata Lourdes serta berbelanja
aneka souvenir menarik.
Lourdes, Prancis |
Stasiun TGV Lourdes |
Paris (28 – 30 April, 2N Paris)
Paris
Je t’aime! Pesona kota Paris sebagai salah satu
kota mode tidak pernah padam. Seperti kota Roma yang dihiasi jutaan karya
seniman dan air mancur pada tiap sudutnya, Parisian punya cita rasa sendiri
dalam menghias tempat tinggalnya serta cara berpakaian yang khas. Sentuhan
artistik, klasik, dan vintage membuat
kota ini terlihat menawan saat diabadikan kamera. Terlebih, bila malam saat
lampu – lampu jalanan mulai menyala dan lampu pada Menara Eiffel terlihat
terang. Unforgettable!
Gaya Bangunan Tua Kota Paris yang Dilestarikan |
Hari pertama datang,
saya mengelilingi kota Paris mulai dari Arc de Triomphe yang berarti lengkung kemenangan, Champs – Élysée, lalu
lanjut ke La Place de La Concorde yakni kawasan alun – alun kota. Di alun - alun kota terdapat obelisk dan permainan kincir raksasa. Tak jauh dari alun - alun, terlihat Hotel Crillon yang legendaris merupakan salah satu hotel termewah di Paris dengan layanan akomodasi dan spa kelas wahid.
Dari alun – alun kota, saya melewati Jardin des Tuileries
lantas singgah sejenak ke Musée du Louvre. Museum yang menjadi tempat shooting film “The Da Vinci Code” yang
dibintangi oleh Tom Hanks ini memang menawan dengan piramid kaca ikonik di muka
halaman. Menikmati isi Museum Louvre tidak cukup satu hari. Perlu
meluangkan waktu beberapa hari untuk menikmati keindahan isi museum sebab areanya sangat luas.
Penulis di depan Arc de Triomphe, Paris |
Piramid Museum Louvre, Paris |
Hari ke-2 di Paris, pagi
hari diawali dengan naik ke Menara Eiffel agar terhindar antrian panjang.
Menara besi yang menjadi ikon kota dibangun tahun 1889. Strukturnya dirancang
oleh Gustav Eiffel berdasarkan hitungan matematika yang diramu dengan sentuhan estetika.
Saat saya berada di sini udaranya sedang sangat dingin, sungguh terasa di
ketinggian saat angin bertiup. Meski sudah masuk musim semi suhu udara masih
sekitar 5-7°C. Dari atas menara, terlihat Paris dengan
tata kota yang unik. Paris dilalui oleh sungai Seine dan ada
37 buah jembatan di sepanjang sungai ini untuk memudahkan akses Parisian
berkeliling kota.
Pemandangan kota Paris dari atas Menara Eiffel |
Menara Eiffel, Paris |
Setelah menara
Eiffel, saya lanjut mengunjungi Chapelle de Notre-Dame de La Médaille
Miraculeuse yang terletak di Rue du Bac. Dalam Bahasa Indonesia kapel ini
disebut Kapel Medali Wasiat. Tempat ini merupakan lokasi penampakan Bunda Maria
kepada Santa Catarina Labouré. Penglihatan Santa Catarina mengenai pesan Bunda
Maria diterjemahkan dalam rupa sebuah medali. Kini medali tersebut dipakai oleh
banyak umat Katolik sedunia sebagai simbol karunia berlimpah. Tahun 1876 Santa
Catarina wafat, jasadnya yang tidak rusak disemayamkan di dekat altar di kapel
ini.
Kapel Medali Wasiat, Rue du Bac - Paris |
Selesai mengunjungi
dan berdoa di kapel, saya berjalan – jalan di sepanjang Rue du Bac yang tenyata
banyak boutique fashion cantik di sekelilingnya. Tak jauh dari kapel terdapat
pusat perbelanjaan “Bon Marche” yang areanya luas sampai ke Rue de Sévres. “Bon
Marche” menyuguhkan koleksi terbaru beragam pakaian, sepatu, tas, kosmetik, dan
aksesori keluaran rumah mode papan atas Prancis. Suasana toko didesain nyaman
seperti di rumah bertingkat berisi gerai desainer menawan, seperti Christian
Dior, Chanel, Isabel Marant, Louis Vuitton, Maison Kitsune, dan sebagainya.
Selain di tempat ini, pusat perbelanjaan lainnya yang juga menarik untuk
dikunjungi adalah Galeries Lafayette yang terletak di daerah Paris Montparnasse.
Setelah puas
berbelanja, sorenya saya dan keluarga naik kereta Thalis dari Gare du Nord
untuk melanjutkan perjalanan ke Rotterdam, negeri Belanda dengan durasi sekitar
2 jam 37menit. Di titik ini, saya dan keluarga pisah dengan rombongan untuk
terlebih dahulu ke Belanda. Kami akan bertemu rombongan lagi saat akan pulang
ke tanah air dari Lapangan Udara Schipol Amsterdam.
Paris – Belanda (30 April – 2 May, 3N Belanda)
Hore! Akhirnya
sampailah saya dan keluarga di Belanda, tepatnya kami masuk negara ini dari stasiun kota Rotterdam. Bila dibandingkan dengan kota - kota lain yang ada di Belanda, Rotterdam merupakan wilayah urban yang penuh bangunan modern. Di sini juga terdapat banyak Universitas ternama yang menerima mahasiswa internasional dengan bahasa pengantar Bahasa Inggris.
Senja di Kota Rotterdam, Belanda |
Boleh dibilang persinggahan ini sekaligus acara
pulang kampung. Di negara ini kami tidak tinggal di hotel, namun tinggal di
rumah keluarga di wilayah Giessenburg. Senang sekali rasanya bisa berjumpa
dengan sanak saudara yang ada di negeri kincir angin. Kebetulan keluarga saya
ada yang warga negara Belanda. Dahulu, opa, oma dan keluarga ayah tinggal di
kota Purwokerto, Jawa Tengah. Biarpun kini kami terpisah jauh, tapi kami cinta
Indonesia. Makanan Indonesia yang lezat, budaya beragam, dan destinasi
wisata yang punya ciri masing – masing dari Sabang sampai Merauke tiada duanya.
Om dan tante beserta saudara sepupu yang di sanapun sering main ke Indonesia
untuk berwisata, bernostalgia, dan diving.
Indonesia is one of the best place to dive! Begitu kata mereka.
Karena momentnya
sedang musim semi, maka keesokan paginya kami berekreasi ke taman Bunga
Keukenhof yang berada di daerah Lisse. Tamannya sungguh luas dengan aneka bunga
yang disusun berlapis berdasarkan warna maupun dibentuk dengan komposisi warna
- warni. Wow, sungguh menyegarkan
mata! Flora yang ada di sini mayoritas adalah jenis tanaman negara empat musim seperti
tulip. Tanaman dari negara tropis juga ada di sini seperti koleksi bunga
Anggrek biru. Bila ditelusuri sampai jauh, di tempat ini pengunjung dapat
menghabiskan waktu sekitar 3jam.
Taman Bunga Keukenhof, Lisse - Belanda |
Selesai rekreasi di taman,
kami melanjutkan perjalanan ke Amsterdam untuk aktivitas “Canal Cruise” keliling kota. Selesai
berkeliling hari sudah mulai sore, kami mengunjungi pusat perbelanjaan “De
Bijenkorf” untuk mencari oleh – oleh. Perlu diketahui, pertokoan di Eropa tutup
jam8 malam. Tidak seperti di Indonesia yang buka sampai jam 10 malam atau
bahkan sampai pagi karena acara midnight
sale. Jadi, pastikan untuk mengatur waktu cukup bila ingin mencari barang –
barang tertentu di pusat perbelanjaan Eropa.
Amsterdam Canal Cruise Berlatar Bangunan Khas Belanda |
Hari berikutnya saya
berkunjung ke Delft. Kebetulan, saudara saya masih kuliah teknik di sini. Jadi
sambil jemput dia setelah kuliah, sekalian kita makan siang dan berkeliling
bersama. Saat di area kampus, saya melihat ada banyak kios dan restoran yang
menjual makanan Indonesia. Mahasiswa internasional juga terllihat cukup banyak.
Di sini, orang – orang berkeliling dengan cara naik sepeda dan naik tram. Sepeda
memiliki lajur sendiri sehingga tidak mengganggu pengendara mobil.
Banyak raja Belanda dimakamkan
di kota Delft. Saya berkeliling mulai dari area kampus menuju ke pusat kota,
lalu ke Delft City Hall, lanjut melihat gereja tua. Setelah itu, saya mengunjungi
Central Square of Delft yang di sebelah – kiri kanan terdapat banyak kios
souvenir. Kerajinan khas dari kota ini adalah kerajinan porselen yang dilukis
dengan cat biru dengan sebutan “Delft Blue”. Jangan lupa beli untuk kenang –
kenangan di tanah air.
Salah Satu Katedral Tempat Makam Raja, Delft - Belanda |
Selesai dari Delft,
kami kembali ke Rotterdam untuk bersantai makan bersama dan mencari oleh – oleh
di pusat perbelanjaan Rotterdam. Saya menyusuri area Koopgoot, Coolsingel
dimana terdapat toko pakaian high street seperti Zara, H&M, Mango, "De Bijenkorf" Department Store, dan lain – lain. Setelah
puas berkeliling, sore hari ditutup dengan bersantai minum kopi di area Nieuwe
Binnenweg yang sepanjang jalannya dipenuhi berbagai toko kue, cokelat, kedai
kopi, dan butik desainer lokal. Hmm.. heerlijk!
Malam harinya adalah
waktunya packing. Sebab besok pagi
saya dan keluarga akan kembali ke Indonesia. Tak terasa sudah hari ke-12,
perjalanan kami yang penuh kesan pun selesai. Waktu perjalanan yang akan kami
tempuh ke tanah air lebih lama, sebab letak negara Belanda lebih jauh daripada
kota Roma. Rute terbang adalah Belanda – Dubai (transit sejenak) lalu disambung
lagi penerbangan Dubai - Jakarta. Dengan ini, selesailah sudah perjalanan saya
ke Eropa di tahun 2016.
Nantikan kisah pejalanan
ke Eropa saya selanjutnya.
Bye – bye and
see you again!
Penulis : Ayu Saptarika, Nov 2017
Foto : Semua Koleksi Pribadi Penulis